Siang
itu disebuah kantor, di salah satu sudut ruangan, tampak Maya sedang
melamun sambil memandangi handphone di atas meja kerjanya. Dimainkan dan
diputar putar handphonenya ke atas ke bawah, ke kanan ke kiri dengan
tangan kanannya, sementara tangan kirinya menyangga wajahnya yang
berparas cantik diusianya yang menginjak kepala tiga. Ingatannya
menerawang, teringat kembali akan pertemuannya dengan salah seorang
teman SMAnya disebuah jejaring social via internet. “Kalo denger lagu
Mr. Lonely, aku langsung ingat
kamu,“ ujar Maya ketika ngobrol dengan Radith, teman masa SMAnya dulu
via chatting di internet. “Aku juga, perasaan itu juga masih ada
disini,“ jawab Radith. “Sama, perasaan itu terkadang juga muncul. Maaf,
waktu itu aku belum bisa membalas perasaanmu,“ sahut Maya. “Never mind,
aku ngerti kok gimana posisiku dulu, aku kan bukan siapa siapa dan belum
punya apa apa, I’m Mr. Lonely,“ jawab Radith. “Tapi jujur, bukan karena itu aku melihatmu, mas,“ ujar Maya.
“Ah
sudahlah, lupakan saja, yang penting sekarang, kamu tau ? Perasaan itu
masih disini, May. Kalo kamu?,“ tanya Radith. “Kadang aku juga kangen
sama kamu, sama masa remaja kita dulu tapi ketika aku sadar dan melihat
anak anak, perasaan itu aku pendam,“ jawab Maya. “Kenapa nggak kita coba
sekarang ? Itung itung untuk menebus kesalahan kita berdua dulu karena
dulu kita belum sempet jadian, gimana ?,“ tanya Radith. “Maksud kamu,
kita selingkuh ? Gila kamu !
Hubunganku dengan suamiku baik baik saja, anak anakku juga menyenangkan,
gak ada yang salah dalam keluarga kami, aku nggak punya alasan untuk
selingkuh, mas,“ ujar Maya. “Tapi kamu kangen kan sama aku ? Kamu juga
memendam perasaan itu kan, May ? Kita bisa mendobrak semua itu dan
menikmati apa yang seharusnya kita nikmati dari dulu, that’s right?,“
ujar Radith lagi.
“Aku
nggak bisa egois, mas. Aku takut,“ sahut Maya. “Apa yang kamu takutkan,
May ? Kita sudah sama sama dewasa sekarang, kita berhak mendapatkannya,
aku yakin masih ada ruang yang kosong di hatimu, dan kamu masih menanti
seseorang untuk mengisinya, iya kan?,“ tanya Radith. “Sudahlah, mas,
forget it, itu cuma kenangan masa lalu kita, cuma cinta monyet belaka
saja, nggak lebih !,“ jawab Maya. “Tapi aku ingin mewujudkannya, May.
Bareng kamu, kamu sayang aku kan ?, tanya Radith. “Sudahlah, mas, nggak
ada yang perlu kita bahas,“ sahut Maya. “Tapi please, tolong kamu
pertimbangkan baik baik tawaranku ini, okey ?,” ujar Radith. Kata kata
terakhir Radith bener bener
membuat Maya berfikir, selingkuh ? apa iya sih aku harus selingkuh ? apa
aku benar benar memerlukannya ? apa yang kurang dari suamiku yang bisa
diberikan Radith untukku ? Rasanya semuanya oke oke saja, nggak ada yang
salah, kenapa aku harus melakukannya ? Kembali otak Maya berfikir
keras.
“May, ada gossip hangat lho ! Hot banget !,“ begitu ujar Karin,
teman sekerjanya setibanya dikantor pagi itu. “Gosip apaaan ?,” tanya
Maya penasaran. “Semalem, Dina dilabrak sama istri pak Alex dirumahnya.
Kebetulan kan semalem aku dirumah Dina, tiba tiba aja istri pak Alex
datang, dia langsung nyerocos nggak karuan sambil nuding nuding ke arah
muka Dina, dia bilang kalo Dina itu cewek nggak tau diuntung, penghancur
rumah tangga orang, cewek kegatelan yang bisanya cuma ngrebut suami
orang,“ Karin langsung nyerocos cerita semua kejadian yang dia liat
semalem dirumah teman sekerjanya yang dilabrak oleh istri bosnya
sendiri. Cerita Karin bener bener bikin Maya berpikir kembali,
sebenarnya apa sih enaknya selingkuh ? Apa perasaan menentang atau
keluar dari jalur adalah suatu kenikmatan tersendiri bagi pelakunya,
mungkin hal ini bisa jadi sebagai pembuktian diri bagi si pelaku tapi
kalo akhirnya ketahuan seperti Dina ? berabe juga, yang pasti banyak
hati yang merasa tersakiti akan hal ini dan lagi lagi perempuanlah yang
jadi korbannya.
“May, Maya, Maya, wooi !,“ teriakan Karin
langsung membuyarkan lamunan Maya. “Hehh, hhhh, apaan ?,“ tanya Maya
gelagapan. “Kamu denger aku kan ? kamu denger cerita ku tadi kan ?,“
tanya Karin. “Iya, iya, aku denger Rin. Aku denger, pendengaranku masih baik. Trus Dina hari ini masuk nggak ya,?“ sahut Maya. “Tau deh ? Dari tadi juga belum keliatan, resign kali ? Eh tapi sampe jam segini pak Alex kok juga belum datang ya ? jangan jangan,“ ujar Karin. “Jangan jangan apa ?,“ tanya Maya sambil mengambil beberapa file yang harus dia kerjakan hari ini. “Iiih mau tau aja ,“ jawab Karin
dengan nada centil. “Ya udah kalo gitu, sekarang kerja kerja kerja,
let’s go work ! ntar istri pak Alex marah lho ! hahaha,“ canda Maya
sambil mendorong badan Karin ke arah meja kerjanya. “Yeeee bisa aja kamu,“ sahut Karin
sambil ngeloyor pergi ke meja kerjanya.
Sejenak Maya terbuai dengan
beberapa pekerjaan yang benar benar menyita waktu dan energinya, yang
membuatnya lupa akan tawaran Radith, teman SMA nya dulu. Saking sibuknya
baik dikantor maupun dirumah, Maya jadi jarang bersentuhan dengan dunia
cyber lagi. Kalo boleh jujur, sebenarnya memang ada keasyikkan tersendiri kalo sudah menjelajah dunia cyber,
apa saja yang ingin kita ketahui ada disana, belum lagi kalo ketemu
sama teman teman lama SMA dulu, kenangan masa lalupun terngiang kembali,
tapi sekarang Maya bukan anak SMA lagi, ada dua pangeran kecil yang
butuh perhatiannya, yaitu kedua anak laki lakinya.
“Kamu kemana aja, ? Beberapa hari ini kok kamu nggak chat ?“ tulis Radith dalam sebuah chatnya ketika Maya mulai masuk ke dunia cyber
lagi. “Aku sibuk, lagi banyak kerjaan. Gimana kabar kamu ?,“ tanya
Maya. “Baik, sehat, aku kangen sama kamu,“ jawab Radith. “Kangen ?,“
sahut Maya. “Aku sayang kamu, May. Aku pengin ketemu sama kamu, kamu
bisa kan pulang ke sini, ?“ tanya Radith. “Pulang ? waduh maaf, aku
nggak bisa dan lagi aku harus bilang apa sama suamiku, aku harus kasih
alasan apa ke dia,?“ ujar Maya. “Gampang ! kamu bilang aja kalo ada
reuni kecil – kecilan SMA, beres kan,?” jawab Radith. “Enak aja kamu
ngomong ! kamu aja yang ke sini, kan kamu yang kangen,“ sahut Maya.
“Emang kamu nggak ? I Love You, May,“ ujar Radith. “Jujur kadang aku
suka berimaginasi tentang kamu, tentang kita,“ papar
Maya. “Oh yaa ? sama dong kalo gitu, aku juga sudah nggak tahan untuk
meluk kamu, nyium kamu, satu hal yang belum sempet aku lakuin dulu,“
sahut Radith.
“Emang, itu yang mau kamu lakuin
begitu ketemu aku, ? Just making love like that,?“ tanya Maya. “Yaaa,
sebagian kecil sih itu, dulu kan kita masih malu malu, iya kan,?“ jawab
Radith. “Tapi aku nggak pengin kayak
gitu, mas, aku ingin kita saling ngobrol, saling memandang, nggak
langsung seperti itu, rasanya gimana gitu,“ ujar Maya. “Aaah sudahlah,
wait and see, gimana nanti kalo kita ketemu, okay,?“ sahut Radith.
Gilaaaa ! Radith pengin langsung making love begitu ketemu nanti ? Maya
kembali harus berfikir ulang, rasanya ada yang nggak beres dengan
hubungan yang ditawarkan oleh Radith, apakah dia hanya sekedar pelepas
nafsunya belaka karena kurang puas dengan istrinya ? Tapi anehnya ketika
Maya menanyakan tentang hubungannya dengan sang istri, dia bilang
istrinya oke oke aja malah apa yang Radith inginkan, istrinya selalu
siap memberikan.
Lalu ada apa dengan tawaran ini ? Apakah cuma sekedar intermezzo
belaka ? hanya sebagai pengobat rindu akan kenangan masa silam ?
Entahlah, cuma Radith yang tau dan anehnya saat ini Radith menghilang
bagai ditelan bumi, Maya benar benar penasaran, jangankan sms, telfon
aja nggak pernah diangkat. Ada apa ini ? Ada yang aneh ? Semakin Maya
ingin melupakannya, bayangan Radith selalu melintas dalam benaknya
bahkan rasa penasaran itu benar benar telah membuat Maya selalu
memikirkan Radith. Mungkin memang ini yang diinginkan Radith ? Agar Maya
merasa penasaran terus akan keberadaannya ? Entahlah …
“Bu, ada tamu,“ ucapan mbok Parmi
benar benar membuat Maya kaget ketika lagi asyik membaca buku diteras
belakang sore itu. “Siapa, mbok ? Laki laki apa perempuan, ?“ tanya
Maya. “Laki laki, bu, katanya teman SMAnya ibu, namanya, pak … pak
Adith, iya pak Radith, !“ jawab mbok Parmi. “Pak Radith, ???“ Maya langsung tersentak kaget begitu mbok Parmi
menyebut nama Radith dirumahnya. “Orangnya ciri cirinya gimana ? tinggi
kurus gendut trus sekarang dimana orangnya, ?“ tanya Maya merepet, mbok
Parmi yang ditanyapun jadi bingung dengan sikap majikannya ini.
“Orangnya
tinggi, cokelat, nggak kurus, nggak gendut, sedeng lalu pake kacamata,
orangnya sudah saya suruh duduk di ruang tamu, bu,“ jawab mbok Parmi.
“Oh ya udah kalo gitu, tolong bikinin teh anget yo, mbok. Aku tak ganti
baju dulu, anak anak dimana, ?“ tanya Maya lagi. “Anak anak lagi main
dirumah sebelah,“ sahut mbok Parmi. “Oh ya udah, udah buruan, mbok …
bikinin minum yah,“ ujar Maya. Kedatangan Radith dirumahnya sore itu
cukup membuat dada Maya berdebar debar cukup kencang, perasaan yang
sering dialaminya ketika SMA dulu saat berduaan dengan Radith. Apalagi
mas Bram, suaminya sore itu sedang lagi tidak ada dirumah, ada tugas
luar kota yang harus dia selesaikan.
“Selamat
sore,“ itulah kata pertama yang diucapkan Maya ketika bertemu Radith
untuk pertama kalinya setelah tujuh belas tahun nggak ketemu. “Sore, apa
kabar, May ? kaget yaa ? kok aku bisa sampe ke istanamu ini, ?“ sahut
Radith. “Iya, kok bisa, ? tau darimana, ? eh, ayo duduk, !“ ujar Maya
kikuk. “Thank you, soal tau darimana, kamu nggak perlu tau, siapa dulu
dong, Radith ! eh, suamimu mana, ?“ tanya Radith. “Dia lagi tugas ke
luar kota, “jawab Maya. “Waaah pas dong ! kalo udah rejeki, memang nggak
akan kemana, iya kan, May, ?“ ujar Radith. “Bisa aja kamu, mau apa kamu
kesini, ?“ tanya Maya. “Kan aku udah bilang, aku kangen kamu Maya,“
sahut Radith. “Sinting kamu ! jangan ngomong yang gituan disini, mas,
kalo ada yang denger, kan nggak enak jadinya,“ jawab Maya.
“Kalo
gitu, ayok ikut aku, kita bisa pergi ke suatu tempat untuk melepas
rindu, aku serius Maya, aku kangen sama kamu,“ ujar Radith. “Aku nggak
bisa, mas, aku harus dirumah, jagain anak anak“ ujar Maya. “Lho ? kan
ada pembantu kamu, kalo kamu kerja, anak anak sama dia kan ? so it’s not
a big deal honey, c’mon, please … aku udah jauh jauh datang kesini cuma
buat kamu, May, masa dicuekin gini aja sih ?“ tanya Radith. Radith
terus menerus berusaha membujuk Maya untuk menuruti keinginannya, sampai
akhirnya Maya pun akhirnya menyerah akan bujuk rayu Radith. “Oke, kita
mau kemana ?“ tanya Maya. “Nah, gitu dong, that’s my girl, sore ini kamu
harus menemani aku, kemanapun aku mau, deal ?“ ujar Radith.
Maya
hanya mengangguk tanda setuju akan permintaan Radith. Dan sore itu
Radith benar benar membuai Maya ke masa SMA nya dulu, mereka tak ubahnya
seperti sepasang kekasih remaja yang sedang dimabuk asmara, mulai dari
jalan jalan, nonton bioskop sampai makan malam. Dan ini tidak berlalu
dalam sehari saja, selama beberapa hari Radith masih terus menggoda Maya
untuk berduaan dengannya.
Sampai suatu malam
ketika Maya sedang asyik berdandan untuk kencan dengan Radith lagi, tiba
tiba saja mbok Parmi datang tergopoh gopoh ke kamar Maya. “Bu, ibu …
adek, bu … adek” ujar mbok Parmi terbata bata sambil menata setiap
tarikan nafasnya. “Ada apa sama adek, mbok ?” tanya Maya. “Badan adek
panas, bu … demam, badannya lemes …” ujar mbok Parmi lagi. “Apa ????”
teriak Maya, Maya segera berlari keluar kamarnya, dilihatnya anak
bungsunya sedang tertidur diatas tempat tidur, diraba dahinya, panaaaas
sekali, tanpa berfikir panjang Maya segera menyuruh mbok Parmi
menyiapkan keperluan si kecil, Maya akan membawanya kerumah sakit.
“Mbok,
cepat ambilkan jaket adek dan kaus kaki ya, adek biar saya bawa kerumah
sakit, si mbok dirumah aja sama kakak, tolong tungguin kakak ya, mbok …
nanti kalo ada apa apa saya kabari” begitu perintah Maya. Tak berapa
lama setelah taxi yang dipesannya datang, digendongnya tubuh mungil itu
dalam pelukannya, diciuminya berkali kali pipi anak bungsunya, rasanya
Maya ingin mengatakan kalo mama ada disini sayang untuk kamu, mama akan
selalu bersamamu, kamu harus kuat yaa sayang, harus sembuh … taxi pun
segera membawa Maya dan sikecil menembus gelapnya malam menuju rumah
sakit.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Maya
sadar kalo selama ini dia sudah jauh dari kedua anaknya setelah
kehadiran Radith, Radith benar benar mampu menyihir semuanya, daya
magisnya sangatlah luar biasa, tapi Maya tak ingin kehilangan anak
anaknya, tak digubrisnya telfon Radith yang berdering berkali kali
memanggilnya, yang mungkin ingin mencari tahu keberadaannya saat ini.
Biarlah semua tinggal kenangan, kenangan terindah yang pernah terukir
didalam hidupnya, semua itu hanyalah sebuah bias asa yang semu yang
hanya akan disimpannya dalam hati, kali ini hanyalah masa depan yang
ingin diraihnya yaitu bersama anak anak dan suami tercinta.
- THE END -

Komentar
Posting Komentar