SINOPSIS Chakravartin Ashoka Samrat - 14 MEI ANTV by. Sally Diandra
Dharma (ibu Ashoka) mendatangi istana, prajurit yang berjaga disana menghentikan langkahnya “Tolong katakan pada Acharaya kalau aku ingin bertemu dengannya” Dharma teringat ketika Maharaja Bindusara mengatakan padanya bahwa dia akan menjadikannya sebagai Ratu dan tempatnya adalah disampingnya diistana, bagaimana ketika Maharaja Bindusara berjanji akan kembali padanya, Dharma juga teringat ketika ayahnya tewas dibunuh oleh Khurasan “Maharaja Bindusara memintaku untuk membunuhmu !” ujar Khurasan, ingatan itupun memudar ketika Radhagupt (murid Acharaya) menemuinya “Biarkan dia masuk !” Dharma segera diantara menemui Acharaya
“Siapa kamu ?” Acharaya tidak mengenali Dharma yang saat itu menutupi wajahnya “Aku adalah Subhadrangi, dimana anakku ?” ujar Dharma sambil membuka dupattanya tanpa berkata kata Acharaya yang saat itu sedang berada dikamar Maharaja Bindusara menggeserkan tubuhnya, sehingga Dharma bisa melihat Maharaja Bindusara yang sedang terbaring sakit ditempat tidurnya tidak sadarkan diri, Dharma terkejut melihatnya. Dharma teringat kenangan indah bersama Maharaja Bindusara, Dharma terpana melihat kondisi suaminya, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar merdu, Dharma mendekati suaminya dan menyentuh dahi sang Raja, rupanya badan Raja Bindusara demam “Kami telah memberikannya obat” ujar sang tabib yang menemani sang Raja “Tapi obat itu tidak akan bekerja, kita harus melakukan sesuatu, kalau tidak semua racun akan menyebar diseluruh tubuhnya” ujar Dharma panik
“Aku percaya dengan Dharma, kamu pergi saja dari sini !” Acharaya menyuruh tabib itu pergi “Dharma, aku tahu kamu sangat mencintai Maharaja Bindusara, sekarang dia dalam keadaaan sekarat tapi kamu tidak meninggalkannya”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku, 14 tahun yang lalu beliau berjanji akan kembali padaku tapi kemudian beliau mengirimkan seseorang untuk membunuh aku dan anakku” Dharma sedih “Itu tidak benar, Dharma !”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku” tiba tiba Maharaja Bindusara meracau memanggil nama Dharma dalam keadaan tidak sadar, Dharma terkejut, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar lagi “Dia tidak bertemu dengan dirimu selama kurang lebih 14 tahun tapi dalam keadaan kritis dia tetap memanggil namamu, lihatlah cintanya padamu, apakah kamu kira dia akan membunuh kamu dan anakmu ? Hanya kamu yang bisa menyelamatkannya, Dharma” Acharaya memberikan penjelasan ke Dharma “Ini tidak mungkin !” Dharma menolak penjelasan Acharaya “Kita harus menyelamatkan dia demii Magadha”, “Baiklah, tapi aku mempunyai sebuah syarat, jika sampai aku tidak bertemu dengan Ashoka dalam keadaan selamat, aku tidak akan mengobatinya”, “Kamu tidak usah khawatir tentang Ashoka, dia baik baik saja” Dharma menatap Maharaja Bindusara.
Sementara itu Helena (ibu tiri Mahraja Bindusara) datang ke istana dengan tandu didampingi oleh pelayan dan prajuritnya, saat itu Helena hendak menemui Mahraja Bindusara tapi para prajuritnya menghentikannya “Kami tidak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam istana Maharaja Bindusara” ujar salah seorang prajurit “Beraninya kamu menghentikan aku !” Ibu Ratu Helena marah pada prajurit itu “Kami hanya menuruti perintah, Yang Mulia Ratu”, “Siapa yang telah berani memerintah aku ?!” tepat pada saat itu Acharaya Chanakya datang kesana dan berkata “Aku yang telah mengambil keputusan ini untuk kebaikan Samrat (Maharaja), sehingga dia bisa segera sembuh, keputusan ini juga diambil untuk kebaikan kerajaan Magadha, apakah kamu ingin Maharaja Bindusara sembuh ?” ujar Chanakya “Aku adalah ibunya”, “Itulah mengapa aku meminta pada anda” Helena terlihat kesal kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Malam harinya, Ashoka tampak memasuki istana kerajaan Magadha, para prajurit menghentikannya “Ibuku ada didalam ! Chanakya telah menculik ibuku untuk mendapatkan aku, katakan padanya bahwa Ashoka telah datang !” ujar Ashoka lantang “Saat ini Maharaja sedang sakit, tidak ada seorangpun yang diijinkan untuk masuk !”, “Dia seharusnya memikirkan hal itu terlebih dahulu sebelum memprovokasi aku !” tiba tiba prajurit itu mendorong Ashoka agar pergi menjauh dari sana namun, tak lama kemudian Ashoka melihat ada sebuah gerobak yang akan masuk ke istana, ada banyak bahan makanan di gerobak tersebut yang akan diberikan pada para prajurit, Ashoka langsung bersembunyi dibawah gerobak tersebut, gerobak itupun masuk kedalam istana, ketika orang orang sibuk mengeluarkan bahan bahan makanan, Ashoka menyelinap keluar namun sayangnya ada seorang prajurit yang melihatnya “Bagaimana kamu bisa masuk ? Siapa kamu yang berani beraninya menentang prajurit Magadha ?” ujar prajurit, Ashoka langsung melompat dan berlari menjauhi mereka, dengan sigap Ashoka mampu menghadapi para prajurit tersebut, berlari dengan kecepatan tinggi, melempar semua barang barang kearah para prajurit, para prajurit berusaha untuk menangkap Ashoka, Ashoka menemui para bhiksu yang sedang berdoa, sambil menyambar sebuah syal Ashoka ikut ikutan berdoa namun tak lama kemudian, prajurit bisa mengenalinya, ketika hendak lari tanpa sengaja syalnya terkena api, Ashoka langsung membakar tempat tersebut dan berlari menjauh dari sana, Acharaya yang mendengar ada keributan diluar berkata pada Dharma “Dia telah datang, masa depan kerajaan Magadha” tepat pada saat itu Maharaja Bindusara kembali meracau dan memanggil nama Dharma “Dharma ... Dharma ... Dharma” Dharma sedih melihatnya “Dharma, kamu harus melindungi Maharaja dan anakmu juga”, “Aku berjanji untuk menjauhkan semua ini darinya, aku tidak bisa terima ini, aku akan pergi !” ketika Dharma hendak pergi, Acharaya berkata “Anakmu dalam perlindunganku !”
Sementara itu Justin sedang ngobrol dengan gurunya “Guru, Acharaya telah kembali, ini tidak baik untuk kita !”, “Kamu harus memikirkan sesuatu, Nikator telah mengirimkan sebuah surat untuk langkah berikutnya” Justin segera membacanya “Bagaimana kita akan melakukan ini semua ?”, “Buatlah menjadi mungkin ! Serang Bindusara kemudian Nikator akan menyerang Patliputar (ibukota Magadha) !” ujar Hellena “Kita akan membunuh anak anak Bindusara kemudian Justin yang akan menjadi Maharaja !”, “Lalu bagaimana dengan Acharaya ?” Guru ikut menimpali pembicaraan mereka, Helena tersenyum sinis “Besok akan menjadi hari terakhirnya !”
Sementara itu Ashoka masih berlari menghindari para prajurit yang berusaha untuk menangkapnya “Magadha saat ini sedang sangat lemah dan hal ini bisa terlihat dari cara Ashoka yang bisa menghindari begitu banyaknya prajurit dengan mudah” ujar Acharaya, Ashoka akhirnya berhasil masuk ke dalam istana, ketika mau masuk dilihatnya banyak prajurit yang berbaris disana, pada saat itu ada sebuah nampan yang berisi teko air dan gelas disebelahnya, Ashoka membawa teko tersebut dan berkata pada prajurit “Aku membawa air untuk Maharaja Bindusara” prajurit itupun mengijinkan untuk masuk kedalam.
Acharaya masuk kedalam kamarnya, Ashoka pada saat itu sudah berada didalam kamar Acharaya dan memanggilnya “Acharaya !” Acharaya segera menoleh kearah suara Ashoka “Jika kamu ingin hidup tenang maka katakan padaku, dimana ibuku ?”, “Hah ! Seorang pengecut memberikan peringatan !” Acharaya mengejek Ashoka “Seorang pengecut adalah yang menculik seorang ibu untuk mendapatkan anaknya” ujar Ashoka lantang “Tenang ... tenang Ashoka, keputusan apa yang akan kamu ambil, ibumu akan membayar ini semua, kamu seharusnya menyerahkan dirimu sendiri untuk menyelamatkan ibumu !”, “Jika terjadi sesuatu pada ibuku maka seluruh kerajaan Magadha ini harus membayarnya, jadi keputusan ada ditanganmu !” Acharaya memanggil para prajuritnya, prajuritpun berdatangan mengacungkan tombak mereka ke Ashoka kemudian Acharaya menyuruh para prajurit untuk mengikat Ashoka, Ashoka diikat pada sebuah pilar yang besar “Kamu memang pintar Maharaja Ashoka”, “Kamu itu seharusnya memberikan petunjuk yang benar untuk kepintaranmu, jika kamu mendengarkan aku maka tidak akan terjadi apa apa pada ibumu” ujar Acharaya “Kenapa kamu mengikat aku ?”, “Tidak ada yang bisa dikatakan sebelum waktunya”
Ratu Noor Khorasan (istri Maharaja Bindusara yang lain) datang menemui Maharaja Bindusara dikamarnya dan melihat ada Dharma disana namun Dharma menutupi wajahnya dengan dupattanya sambil meracik obat obatan “Jadi kamu yang telah dipilih untuk mengobati Maharaja !” Dharma hanya diam saja, saat itu Maharaja Bindusara mulai meracau lagi dan memanggil nama Dharma, Ratu Noor Khorasan sangat kesal mendengarnya “Nama itu telah meracuni sepanjang hidupku !” bathin Ratu Noor Khorasan kemudian berlalu dengan kesal dari sana, Dharma sedih melihat Maharaha Bindusara
Tabib yang mengobati Maharaja Bindusara menemui Justin “Yang Mulia, Acharaya telah menghina pekerjaanku”, “Kamu bisa membalas dendam, tabib ! Pikirkan jika Maharaja Bindusara meninggal karena pengobatan perempuan itu maka kamu bisa membalaskan dendammu pada Acharaya” Justin meracuni pikiran tabib “Bagaimana bisa aku membunuh Acharaya, ini perbuatan yang salah ! Aku harus memberitahu Acharaya kalau nyawa Maharaja Bindusara sedang dalam bahaya !” sang tabib terlihat panik “Aku tahu rahasiamu, tabib ,,, kamu punya tempat bawah tanah dirumahmu kan ? ketika kamu menculik anak anak dan mencobakan penemuan ramuanmu yang terbaru pada mereka, kamu harus menjaga rahasia ini, jangan sampai rahasia ini terdengar orang lain” Justin mulai mengancam tabib
Sementara itu, Dharma mencoba menemui Acharaya dikamarnya, Ashoka yang saat itu masih ditahan dikamar Acharaya begitu mendengar suaranya ibunya didepan kamar sedang berbicara dengan prajurit mencoba untuk berteriak “Ibuuuu !” namun Acharaya segera membekap mulut Ashoka dengan kain putih tak lama kemudian Acharaya keluar kamar menemui Dharma “Acharaya, aku rasa Maharaja Bindusara membutuhkan pengobatan special untuk menyelamatkan nyawanya”, “Aku tidak tahu apa apa, Dharma ... pengobatan seperti apa yang kamu inginkan ? Kamu bisa melakukannya, aku akan melindungi anakmu dan kamu akan mendapatkan anakmu dan suamimu ditanganmu, kamu harus melindungi mereka berdua” ujar Acharaya, kemudian Dharma meninggalkannya

Komentar
Posting Komentar