Langsung ke konten utama

RENDEZVOUS session 2 chapter 1


RENDEZVOUS session 2 chapter 1




Catatan author : cerita ini merupakan kelanjutan perjalanan cinta kasih Jodha dan Jalal yang diterukir di Rendezvous, author sengaja menggunakan judul yang sama, agar para pembaca bisa menarik benang merah yang masih berhubungan dengan sekuel yang pertama, untuk kamu the new readers, ada baiknya untuk membaca sekuel yang pertama dulu RENDEZVOUS
Dan cerita ini dimulai ketika putri sulung Jodha dan Jalal yang diberi nama Aram Bano sudah berusia 5 lima tahun

Siang itu Jakarta diguyur hujan yang cukup deras, curah hujannya yang menari bagaikan ribuan kerikil yang dilempar dari atas langit, dari dalam mobil Porsche hitamnya Jodha mencoba menengok keatas melalui kaca jendela depan, hujan masih turun cukup deras,

sementara kendaraan yang berada didepannya seakan enggan untuk bergerak, siang itu Jodha hanya bisa pasrah dengan kondisi yang harus di hadapinya, macet dan hujan, belum lagi kejadian tadi pagi cukup membuat Jodha mengelus dada

“Nyonya Akbar, ini sudah ketiga kalinya Aram berbuat seperti ini, tadi kembali Aram menyerang teman sekolahnya, mereka sempat berkelahi, kami harap anda sebagai orangtuanya bisa memberikan pengertian pada Aram agar tidak berbuat seperti ini lagi” Jodha hanya bisa terdiam begitu kepala sekolah Aram mengadukan perilaku Aram yang tidak wajar

“Kalau boleh saya tahu, apa yang menyebabkan Aram berbuat seperti itu ? karena setahu saya, Aram tidak akan berbuat seperti itu kalau tidak ada pemicunya, bu” tanya Jodha cemas

“Menurut guru kelasnya, hal ini gara gara Aram tidak menjadi peran utama sebagai Elsa di kelas balerinanya”

Jodha tersenyum ketika teringat pembicaraannya tadi dengan kepala sekolah Aram, diliriknya putri sulungnya yang sedang duduk disebelahnya, saat itu Aram, anak Jodha dan Jalal sedang menulis nulis sebuah huruf pada jendela kaca mobil yang basah sambil ngobrol sendiri

“Aram, boleh mama nanya ?” tidak ada jawaban, Aram masih asyik dengan dunia fantasinya
“Aram, lagi ngomong sama siapa ?”

“Sama adek botak !” sahut Aram tanpa menoleh kearah Jodha, Aram masih saja menulis nulis huruf di jendela kaca mobil yang basah, entah mengapa Aram memang selalu seperti itu, kalau sedang ngobrol sendiri, Aram selalu menjawabnya sedang bicara sama adek botak, kalau sudah begitu, Jodha merasa merinding dibuatnya

“Aram, bisa mama tanya ?” kembali tidak ada jawaban
“Araaaam ,,,,” akhirnya wajah polos yang mirip dengan Jalal, suaminya menengok kearah Jodha dengan lesung pipit dikedua pipinya, Aram sebenarnya bukan anak yang pemarah, meskipun memang emosinya yang kadang tidak stabil, tapi sejatinya Aram adalah anak yang periang dan baik hati

“Ada apa, mama ?” tanya putri sulung Jodha yang baru berusia 5 tahun  
“Aram tau kenapa tadi mama dipanggil sama ibu kepala sekolah ?” Aram langsung mengangguk
“Aram bisa cerita sama mama, kenapa Aram berbuat seperti itu ?”
“Vino, ma  ,,,, yang mulai duluan !” Aram nampak kesal ketika menyebut nama teman sekelasnya
“Aram tadi kan sudah minta maaf sama Vino, kenapa Aram masih nyalahin dia ?” tanya Jodha sambil terus melajukkan mobilnya yang mulai bergerak perlahan, sementara hujan masih turun dengan deras diluar

“Tapi memang dia yang mulai duluan, ma ! tadi kan bu guru milih Diana yang jadi Elsa, tau tau Vino ngata ngatain Aram ,,, dia bilang gini ,,, week week sukurin Aram nggak jadi Elsa ! gitu terus, Aram kan kesal, yaaa udah Aram pukul aja dia !” ujar Aram penuh semangat dengan ekspresi memukul, meninjukkan kepalan tangan kanannya ke dalam telapak kirinya yang terbuka

Jodha hanya bisa geleng geleng kepala, karena sedikit banyak sifat Jalal menurun pada putri sulung mereka, termasuk sifat sumbu pendeknya ini

“Aram ingat, sudah berapa kali Aram pukul teman Aram ?”
“Sudah tiga kali !” ujar Aram tanpa dosa
“Aram masih mau gitu terus ? Aram suka liat mama dipanggil ibu kepala sekolah ?” Aram menggeleng seraya berkata

“Tapi itu kan, bukan salah Aram, ma ! kalau Vino nggak ngata ngatain Aram tadi, Aram juga nggak marah, bukan Aram yang mulai duluan tapi mereka, Aram nggak suka ! dulu Baim duluan yang tarik tarik rambut Aram, Aram nggak suka, terus waktu Randy dorong Putri sampai jatuh, Aram juga nggak suka ! jadi bukan Aram yang duluin, ma” ujar Aram kesal

Jodha hanya bisa geleng geleng kepala mendengar celoteh putrinya, Jodha memang selalu speechless kalau Aram mulai merepet, karena apa yang Aram katakan itu benar adanya, Aram tidak pernah memulai duluan perkelahian tersebut

“Tapi gimana pun juga, berkelahi itu nggak baik sayang, coba lihat itu lutut Aram yang memar, sakit kan ? belum lagi baju Aram yang robek, nanti Aram mau bilang apa kalau ayah nanya kenapa lutut Aram memar ? kenapa juga baju Aram robek ?”

“Tapi ayah nggak papa ! kata ayah, Aram boleh berkelahi kalau Aram nggak suka sama perbuatan temen Aram” Jodha kembali geleng geleng kepala

“Apa ayah bener bener ngomong gitu ?”

Aram langsung mengangguk penuh semangat, sedangkan Jodha merasa heran, kenapa juga Jalal harus mendoktrin putrinya dengan alasan seperti itu, Jodha akui kalau Jalal sangat dekat dengan putri sulung mereka

Meskipun Jodha yang lebih banyak berinteraksi dengan Aram sehari hari, namun kwalitas hubungan antara ayah dan anak ini lebih kuat ketimbang dirinya, apalagi ketika Jodha harus kehilangan anaknya yang kedua yang baru lima bulan dalam kandungannya, Jodha jadi semakin jauh dengan Aram, karena saat itu Jodha sempat shock dengan peristiwa keguguran tersebut

belum lagi saat ini ketika si kembar, Hasan dan Husein, anak mereka yang ketiga lahir, waktu Jodha jadi terbagi bagi, antara rumah, anak anak dan pekerjaannya

“Mama, Aram mau keluar aja dari kelas ballerina ! Aram nggak suka !” teriakkan Aram membuat Jodha tersadar dari lamunannya
“Kenapa memangnya ? bukannya dulu Aram sendiri yang minta masuk kelas ballerina ?”
“Sekarang nggak mau !”
“Kenapa, sayang ? apa karena Aram nggak jadi Elsanya Frozen ?” Aram langsung menggelengkan kepalanya
“Nggak ! Pokoknya Aram nggak mau ! Aram mau keluar !”
“Terus Aram mau ambil ekstra apa disekolah ? trus kalau bu Linda tanya tentang Aram yang minta keluar dari kelas ballerina, mama harus bilang apa sama bu guru ?” Jodha mencoba memahami perasaan putrinya

“Aram mau ikut drum band ! terus mama bilang aja sama bu guru kalau Aram sekarang nggak suka sama kelas ballet lagi”
“Bener ni ? kemarin waktu Aram main jadi Rapunzel, mama liat gerakan Aram bagus lhoo, nenek Hamida sama nenek Meinawati juga suka, iya kan ? Aram nggak nyesel keluar dari kelas ballet ?” Aram kembali menggelengkan kepalanya, hingga kedua kepang kudanya bergerak kesana kemari

sekilas diliriknya Aram yang saat itu sedang melipat lengannya sambil menatap lurus kedepan, pipinya yang chubby yang kadang memerah kalau marah, selalu membuat Jodha kangen sama Jalal, karena Aram memang fotocopynya Jalal banget, sesaat mereka terdiam, Jodha masih focus dengan jalanan didepannya yang kali ini mulai lancar

“Mama, kenapa sih Aram nggak jadi Elsa ?”
“Maksudmu, Aram nggak dipilih sama bu guru untuk main jadi Elsa ?” Aram langsung mengangguk
“Mungkin bu guru ingin ngasih kesempatan sama semua anak anak untuk main jadi pemeran utama, jadi mereka bisa ngerasain seperti apa sih kalau jadi pemeran utama, dulu waktu cerita Cinderella, yang jadi Cinderella juga bukan kamu kan, itu siapa temenmu yang kecil ,,,”
“Moza ,,,”
“Nah iyaa itu Moza ,,, jadi sekarang gilirannya Diana yang jadi Elsa, Aram bisa ngerti kan ?” Aram mengangguk lemah
“Jadi Aram masih mau keluar  dari kelas ballerina ?”
“Masih ! Aram pengin ikut drum band !” Jodha kembali geleng geleng kepala, sifat keras kepala mereka berdua, Jodha dan Jalal ternyata menurun juga pada putri mereka, gimanapun juga  buah jatuhnya nggak jauh dari pohonnya

Akhirnya setelah membelah ibukota yang cukup padat, Jodha dan Aram sampai juga dirumah mereka atau yang biasa disebut dengan guanya Jalal dan Jodha, Tejwan, pembantu Jodha yang sudah ikut lama dengannya bareng istrinya, segera membuka pintu pagar begitu mendengar mobil Jodha tiba

“Tejwan, tolong nanti kalau sudah reda, cuci mobilku yaa ,,, sama bersihkan bagian dalamnya” ujar Jodha setelah selesai memarkir mobilnya di garasi
“Iyaaa, nyonya ,,,”
“Paman Tete, dimana Ojak ?” tanya Aram sambil turun dari mobil
“Ojak ada dibelakang sama bibi Shiva, non” Aram langsung berlari masuk kedalam rumah, sedangkan Jodha mengekornya dibelakang, didengarnya Aram memanggil manggil nama Ojak, anak Shivani dan Tejwan yang baru berusia 3 tahun   
“Madhu, Husein dan Hasan nggak rewel kan ?” tanya Jodha begitu memasuki kamar anak kembarnya
“Nggak, nyonya ,,, mereka sedang tidur pulas sekarang” ujar Madhu, baby sitter si kembar yang telah ikut Jodha sejak si kembar lahir
“Jo, tadi tadi nyonya Salima nelfon, katanya tadi dia nelfon kamu, tapi nggak diangkat angkat” Zakira yang masih menjadi asisten Jodha menyeruak masuk ke dalam kamar
“Oooh iya ,,, tadi ponselku, aku silent, trus ada info yang lain, Za ? apa makalah yang aku translate kemarin, sudah kamu kirim ?” Zakira langsung menganggukkan kepalanya sambil terus mengekor Jodha menuju ke ruang kerjanya
“Oh iyaa, satu lagi, Jo ,,, tadi majalah Wanita minta waktu untuk interview, hari dan waktunya terserah kamu” ujar Zakira sambil menghempaskan pantatnya dikursi yang terletak di depan Jodha, sementara Jodha nampak asyik membuka ponsel andronya, dilihatnya ada beberapa panggilan yang masuk, termasuk panggilan dari Salima, namun Jalal tidak menelfonnya

“Ya sudah, kalau gitu kamu atur saja, Za ,,, oh iyaa, Za ,,, apa Jalal sudah telfon ?”,
“Belum, Jo ,,, kalau nggak salah, rencananya hari ini dia pulang kan ?” Jodha mengangguk kecil sambil memencet nomer Salima seraya berkata
“Bisa buatkan aku orange jus ? yang dingin yaa, Za ,,, aku mau nelfon Salima dulu” Zakira bergegas keluar ruang kerja Jodha dan beralih menuju ke dapur

Sesampainya didapur Zakira segera membuatkan pesanan Jodha, saat itu hujan sudah mulai reda, di teras belakang dilihatnya Aram sedang bermain main  dengan Ojak dan Shivani, selama bekerja dengan Jodha sebagai asistennya, Zakira selalu merasa nyaman,apalagi Jodha dan Jalal tidak pernah membeda bedakan siapapun, entah itu asisten, pembantu atau baby sitter, semuanya sama dimata mereka

Akhirnya setelah pesanan Jodha selesai dibuat, Zakira segera bergegas menuju ke lantai atas, tiba tiba bel pintu rumah Jodha berdentang, Zakira bergegas berjalan kedepan dan meletakkan jus orange untuk Jodha di meja tamu, kemudian dibukanya pintu depan perlahan, dilihatnya didepannya berdiri seorang perempuan dengan penampilan yang sedikit pucat dengan dandanan yang minimalis

“Yaaa ,,, mau cari siapa ?” tanya Zakira yang merasa asing dengan wanita didepannya         
“Apa benar   ,,,, ini rumahnya Jallaludin Muhammad Akbar ?” Zakira langsung mengangguk, dilihat dari penampilannya yang pucat dan kuyu, perempuan ini tidak seperti teman teman perempuan Jalal yang lain ataupun kliennya, yang selalu berdandan cantik dan sexy, Zakira jadi penasaran, siapa sebenarnya perempuan ini ?
                                                                                                                                                                                                                                                                                       
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENDEZVOUS session 2 chapter 7

Siang itu Jalal akhirnya pulang kerumah, begitu deru suara mobil BMW hitam Jalal masuk ke garasi, Jodha yang saat itu sedang ngobrol dengan Zakira, langsung menghentikan obrolannya "Zakira, suamiku pulang, aku tinggal dulu yaa, kamu selesaikan yang lainnya dulu, okay ?" Jodha bergegas keluar ruang kerjanya untuk segera menyambut suaminya, begitu Jodha turun kebawah dilihatnya Jalal baru masuk lewat pintu samping "Sayang, bagaimana keadaan Nandhini ? apa sudah membaik ?" Jalal langsung tersenyum begitu melihat kecemasan diwajah Jodha "Dia baik baik saja sekarang, dia sudah dalam penanganan yang terbaik, kamu nggak usah khawatir" "Syukurlah kalau begitu, aku sudah sangat khawatir dari tadi, apalagi ponselmu juga susah dihubungi, kamu pasti lupa ngecas ya ?" ujar Jodha sambil menggelanyut manja dilengan Jalal, Jalal hanya tersenyum melihat tingkah istrinya "Iyaa ,,, aku lupa" "Ya udah, sekara

DEJA VU bagian 40

  DEJA VU bagian 40 Di rumah   Jalal dan Jodha ,,,, “Mungkin memang ada baiknya juga anak yang kukandung ini pergi, karena kita berdua belum bisa menjadi orangtua yang baik untuknya, Jalal” ujar Jodha sedih “Tapi kita masih bisa memperbaikinya, sayang ,,, kita berdua, kita jalani lagi lembaran yang baru, kamu mau kan ?” pinta Jalal dengan nada mengiba, Jodha hanya menatap Jalal dengan tatapannya yang nanar, sesaat Jodha menghela nafasnya cukup dalam, lalu dipegangnya kedua pipi Jalal yang selalu merekah merah bila marah, sesaat kedua mata mereka berbicara dalam diam, ada sebuah kerinduan yang tertahan disana, hingga akhirnya Jodha pun menganggukkan kepalanya “Terima kasih, sayang” Jalal segera menghamburkan pelukkannya ketubuh Jodha, Jodha pun membalas pelukkan Jalal dengan perasaan haru, sesaat mereka berdua merasakan kehangatan tubuh keduanya yang menggelanyar disekujur tubuh, kemudian Jalal merenggangkan pelukkannya dan diciuminya kedua pipi Jodha yang basah oleh air

RENDEZVOUS session 2 chapter 2

RENDEZVOUS session 2 chapter 2 Dirumah Jodha ,,, “Yaaa ,,, mau cari siapa ?” tanya Zakira yang merasa asing dengan wanita didepannya           “Apa benar    ,,,, ini rumahnya Jallaludin Muhammad Akbar ?” Zakira langsung mengangguk, dilihat dari penampilannya yang pucat dan kuyu, perempuan ini tidak seperti teman teman perempuan Jalal yang lain ataupun kliennya, yang selalu berdandan cantik dan sexy, Zakira jadi penasaran, siapa sebenarnya perempuan ini ? “Maaf ,,, anda siapa ya ? mau bertemu dengan tuan Jalal ?” “Iyaa, tuan Jalal ada ? saya Nandhini, teman kuliahnya dulu waktu di Swiss, bisa saya bertemu dengannya ?” “Kebetulan saat ini tuan Jalal sedang tugas di Singapura, tapi nanti malam beliau pulang, kalau istrinya ada, apa mau ketemu sama istrinya ? saya panggilkan dulu yaa ,,,” belum juga Zakira melangkah masuk ke dalam rumah, tamu tak diundang itu langsung menghentikan langkah Zakira “Tidak usah ! lebih baik saya pulang saja dan tolong berikan