Langsung ke konten utama

RENDEZVOUS session 2 chapter 5


RENDEZVOUS session 2 chapter 5



Di rumah sakit ,,,,

Malam itu Jalal memutuskan untuk bermalam di rumah sakit, Jalal ingin menemani Nandhini karena Jalal merasa ada sesuatu yang dirahasiakan Nandhini darinya, Jalal ingin tahu apa rahasia besar itu, Jalal langsung memberitahu Jodha tentang rencananya menemani Nandhini malam ini, paling tidak sampai suami dan anak Nandhini datang dari Sidney, Australia

Tengah malam sekitar jam 2 pagi
Akhirnya Nandhini tersadar dari pingsannya, kepalanya terasa berat, badannya pun lemas, Nandhini baru sadar kalau dirinya sedang berada di sebuah kamar di rumah sakit, monitor EKG yang memantau denyut nadi, jantung, tekanan darah berada disamping kirinya, sementara tiang tempat botol infus ada disebelah kanannya dengan selang dari botol infusnya yang menjuntai kebawah dan tersambung tepat ke punggung tangan kanannya, sementara hidung dan mulutnya tertutup oleh masker oxygen

Nafas Nandhini terasa berat dan dalam, diujung matanya nampak setitik airmata yang jatuh menetes, Nandhini hanya bisa menarik nafas dalam dalam sambil memandang langit langit diatas kamar VVIP nya yang berwarna putih, nampak jelas  wajah Jalal dan Salim datang silih berganti

Nandhini teringat pada pertanyaan pertanyaan Jalal yang membuatnya sesak nafas dan kepalanya terasa berat, tiba tiba saja kepalanya terasa pusing, semuanya nampak gelap dan akhirnya dirinya terbangun ditempat tidur ini, tepat pada saat itu Clara masuk ke dalam kamar untuk mengecek kondisi Nandhini

“Bu Dhini, sudah siuman ,,, ?”
Clara sangat senang begitu melihat Nandhini sudah siuman
“Clara, apa kamu sudah menghubungi suamiku ?” tanya Nandhini dengan suaranya yang lemah
“Sudah, bu ,,, beliau akan berangkat pagi ini bersama Salim, mungkin besok siang mereka sudah sampai disini” Nandhini hanya mengangguk lemah sambil meminta bantuan Clara untuk menurunkan masker oxigennya

“Oh iyaa, bu ,,, pak Jalal juga ada disini, menemani ibu”
“Ja lal ada disini ? di ma na dia ?” suara Nandhini mulai terdengar lirih, setelah Clara membantu Nandhini membuka masker oxigennya 
“Dia ada diluar, apa perlu saya panggilkan ?” kembali Nandhini mengangguk lemah

Tak lama kemudian Jalal sudah masuk ke dalam kamar VVIP tersebut dengan senyum yang mengembang diwajahnya, Nandhini juga ikut tersenyum begitu melihat kedatangan Jalal
“Haiii ,,, bagaimana kabarmu ? sudah enakkan ?” tanya Jalal sambil duduk dikursi yang ada disebelah tempat tidur Nandhini, Nandhini hanya mengangguk lemah

“Terima kasih sudah membawaku kesini, aku memang suka seperti itu, tiba tiba suka pusing dan pingsan” ujar Nandhini dengan nada yang lemah
“Kamu sudah lama mengidap penyakit ini ?” Nandhini mengangguk kembali
“Sudah cukup lama, aku taunya waktu aku mengandung Salim, malah saat itu dokter menyarankan agar aku menggugurkan kandunganku, karena sangat beresiko untuk wanita hamil tapi aku nggak mau” ujar Nandhini yang kembali menitikkan airmata

“Apa Salim juga mengidap penyakit yang sama sepertimu ?” Nandhini kali ini menggeleng sambil menyeka airmatanya yang keluar dari ujung matanya

“Beberapa kali aku sudah mencoba mengeceknya ke dokter, tapi hasilnya nihil, aku sangat berharap dia tidak terkena penyakit seperti aku ini” ujar Nandhini dengan suara lemahnya, Jalal hanya terdiam mendengarkan, sesaat suasana kamar VVIP yang bernuansa putih itu pun menjadi hening

“Jalal ,,,,” terdengar kembali suara Nandhini yang agak parau dan lemah,
“Yaa ,,, aku masih disini”
“Jalal, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, hal ini sudah lamaa sekali aku simpan, sekarang saatnya kamu tahu”
Jalal langsung mengernyitkan dahinya hingga mengerut ketengah
“Memangnya ada apa, Dhin ? apa yang tidak aku ketahui ?”

Suasana kamar itu kembali hening, Nandhini mencoba menguatkan dirinya dengan menarik nafasnya cukup dalam, Jalal semakin yakin kalau memang ada rahasia besar yang telah disimpan oleh Nandhini selama ini

“Kamu ingat ,,, 12 tahun yang lalu, di malam konyol kita ?” sesaat Jalal terdiam, jalinan kortex abu abunya mulai mencari data dari otaknya tentang kenangan 12 tahun yang silam bersama Nandhini

“Malam konyol ? maksudmu perpisahan kita setelah aku lulus wisuda S3 ?” Nandhini langsung mengangguk perlahan sambil mengusap airmatanya yang menggantung diujung matanya

“Iyaaa ,,, aku ingat ,,,” Jalal lalu tertawa seakan mentertawakan dirinya sendiri
“Tentu saja aku masih ingat, Din ,,, malam itu kita mengadakan pesta bareng teman teman kita semalam suntuk, benar benar konyol malam itu, lalu aku mengantarmu pulang, kita melanjutkan lagi dengan pesta perpisahan kita karena besoknya aku harus pulang ke Indonesia ,,,”

“Kita mabuk bareng sampai pagi ,,,” Nandhini menyela cerita Jalal
“Iyaa ,,, kamu benar ,,, kita mabuk sampai pagi di apartemenmu, karena sejak malam itu aku sudah berjanji untuk tidak mabuk lagi, aku tidak ingin kecanduan alkohol lagi” ujar Jalal sambil mentertawakan dirinya sendiri

“Kamu masih ingat ,,, apa yang terjadi keesokan harinya ?” tanya Nandhini sambil kembali menyeka airmatanya yang menggantung di ujung mata
“Aku masih ingat, Din ,,, tapi saat itu aku bingung ,,, apalagi aku juga sudah hampir terlambat, aku takut ketinggalan pesawat ,,,”

“Iyaaa ,,, aku tahu itu ,,, kita berdua bangun kesiangan tanpa selembar kain ditubuh kita, aku tahu kamu nggak ingat pada apa yang telah kita lakukan malam itu, karena aku juga nggak ingat” kembali Jalal terdiam begitu mendengar ucapan Nandhini, suasana kamar itu jadi hening kembali   

“Dhin, maafkan aku ,,, waktu itu aku benar benar bingung ,,, aku benar benar tidak ingat pada apa yang telah kita lakukan, hingga kita berdua seperti itu …” Nandhini langsung menyela ucapan Jalal

“Aku nggak pernah menyalahkan kamu, Jalal ,,, aku nggak menyalahkan karena aku juga nggak ingat pada apa yang telah kita perbuat malam itu, hanya saja sebulan kemudian ,,,”

“Kamu hamil ,,, ? kamu nggak berhubungan dengan laki laki lain ? kamu yakin itu ?” Jalal langsung menyela ucapan Nandhini, Nandhini mengangguk dan menggeleng lemah sambil kembali menitikkan airmata

“Oooh God !” Jalal tercengang lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tiba tiba saja Jalal merasa dunia ini berhenti berputar, kakinya menjadi kaku dan berat, sesaat suasana kamar kembali hening, Jalal lalu mencoba berdiri dan memukulkan kepalan tangannya ditembok, Jalal benar benar marah dan menyesal, kenapa semua ini terjadi
“Aku nggak berhubungan dengan siapapun setelah kamu pergi ,,, kamu tahu kan kalau aku sendiri harus terbang ke Aussie untuk interview lamaran pekerjaanku, waktu itu aku sedang fokus mencari kerja, Jalal ,,, jadi aku bisa pastikan kalau aku nggak berhubungan dengan laki laki lain ! aku tahu ,,, kamu memang berhak meragukan ceritaku ini” ujar Nandhini dengan nada yang lemah

“Lalu ,,, kenapa waktu itu kamu nggak mencariku ? begitu kamu tahu kamu hamil ? aku pasti akan bertanggung jawab, Dhin ! aaaarrrghhhhhh !!!” kembali Jalal meninjukkan kepalan tangannya ke tembok, rahangnya mengeras hingga Jalal bisa merasakan darahnya mendidih disekujur tubuhnya, sontak Nandhini kaget melihat perangai Jalal, namun Nandhini hanya bisa diam saja

“Jadi Salim itu anakku ?” tanya Jalal dengan nada tinggi, Nandhini kembali mengangguk kali ini dengan tangisan yang ditahannya, Jalal merasa iba, segera dipeluknya sahabat lamanya itu

“Maafkan aku, Dhin ,,, maafkan aku ,,, aku hanya nggak habis pikir, kenapa kamu baru mengatakannya sekarang ?” ujar Jalal sambil memeluk Nandhini erat, lalau dilepaskan pelukkannya begitu tangisan Nandhini sedikit mereda 

“Aku ,,, aku ,,,, aku nggak ingin menghalangi jalanmu, Jalal ,,, aku sangat tahu kalau kamu begitu ambisius dengan semua rencana recanamu, untuk masa depanmu yang sudah kamu ceritakan padaku berulang kali, aku sangat tahu kalau saat itu kamu sedang merintis kesuksesanmu dan aku ,,,” sesaat Nandhini terdiam sambil mengatur nafasnya

“Aku ,,, aku nggak ingin menjadi penghalangmu dengan mengatakan kalau aku sedang mengandung anakmu” Nandhini berusaha menjelaskannya dengan nada suaranya yang lemah dan terbata bata, membuat Jalal semakin iba, hingga tanpa disadarinya Jalalpun menangis
“Itulah kenapa kamu menghilang ? kamu tahu ,,, setelah malam konyol kita, setiap malam aku berusaha mengingat ingat apa yang telah kita lakukan pada malam itu, tapi tetap saja aku nggak bisa menemukan jawabannya” ujar Jalal disela isak tangisnya

“Aku mencoba mencari kamu melalui teman temanmu, tapi kamu seakan akan menghilang, kamu seperti menghilang tersedot ke dalam bumi, hingga nggak ada seorangpun yang tahu, bahkan keluargamu juga tidak”

“Aku memang menghilang, Jalal ,,, menghilang dari semua orang, aku nggak mau mereka tahu tentang kehamilanku ini, bahkan keluargaku juga nggak” ujar Nandhini dengan nada suaranya yang terbata bata

“Jujur aku akui aku memang malu, malu karena aku hamil tanpa suami, suatu hal yang tabu bagi kehidupan social dimasyarakat kita, tapi aku ingin mempertahankan anak yang kukandung ini, karena dia anakmu, Jalal ,,,” Nandhini berusaha mengatur nafasnya secara perlahan lahan

“Selama kita berteman, aku memang nggak pernah bilang kalau aku mencintaimu, Jalal ,,, tapi jujur aku akui sebenarnya dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam kalau aku sangat mencintaimu,,,,” sesaat Jalal terhenyak dengan pengakuan sahabat lamanya  

“Itulah mengapa aku nggak mau menggugurkannya, meskipun akhirnya aku menderita penyakit leukemia ,,,, karena dia adalah anakmu” suasana kamar menjadi hening  kembali   

“Apa orangtuamu tahu tentang Salim ?” Nandhini kembali mengangguk
“Ibuku baru tahu setelah Salim berusia 1 taun, aku memang merahasiakannya, kalau ayahku kan kamu tahu sendiri kalau ayahku sudah meninggal cukup lama” ujar Nandhini sambil mengusap airmatanya

“Jalal ,,,, aku tahu kamu pasti marah dan jengkel sama aku, bahkan mungkin kamu juga nggak percaya dengan semua ceritaku ini, tapi aku bisa meyakinkan kamu, kamu bisa melakukan test DNA, kebetulan aku membawa potongan kuku Salim, aku bisa minta tolong ,,, ? tolong ambilkan tasku itu”

Jalal kemudian mengambil tas hermes merahnya Nandhini yang teronggok diatas meja dan memberikannya ke Nandhini, kemudian Nandhini mengambil potongan kuku Salim yang disimpannya dalam sebuah kantong plastik kecil lalu diberikannya ke Jalal, sesaat Jalal memperhatikan potongan kuku tersebut cukup lama

“Lalu ,,, apa maksudmu dengan semua ini, Dhin ,,, ? dulu kamu menghilang, entah kemana rimbanya, sekarang tiba tiba kamu muncul didepanku dan mengatakan kalau Salim adalah anakku ,,,, padahal kamu tahu kan, kalau saat ini aku sudah menikah ?” kali ini suara Jalal terdengar lemah dan parau

“Aku tahu, Jalal ,,, kamu pasti akan bilang seperti itu, kalau aku boleh memilih ,,, sampai kapanpun aku nggak ingin mengenalkan Salim padamu, terus terang aku nggak ingin kamu tahu tentang siapa itu Salim, tapi aku nggak bisa ,,,” Jalal hanya terdiam mendengar ucapan Nandhini

“Aku ngerasa kalau waktuku nggak lama lagi, Jalal ,,, dan aku nggak mungkin menyerahkan Salim pada suamiku, aku ini istri keduanya, aku nggak tega melihat Salim berada di keluarga istri pertama suamiku ,,, dan lagi rasanya aku telah berbuat nggak adil ke Salim ,,,, kalau aku nggak kasih tahu dia, siapa ayah kandungnya yang sebenarnya ,,,”

“Apa Salim sudah tau tentang semua ini ,,,, ?” Nandhini mengangguk lemah
“Dia sudah tahu tentang kamu ,,, aku sudah menceritakan semuanya ke dia, ini dia fotonya Jalal, mirip sama kamu ,,,,” Nandhini lalu memberikan foto Salim ke Jalal ambil tersenyum kecil

Dari penampilannya yang Jalal liat di foto itu, Salim memang mirip dengan dirinya, kulitnya yang putih dengan rambutnya yang merah kecoklatan, sudah menjadi ciri khas dirinya, belum lagi ditambah dengan kecerdasannya yang diatas rata rata seperti yang diceritakan oleh Clara tadi, bisa dikatakan Salim memang anak kandung Jalal

“Jalal ,,, sebelumnya aku minta maaf, aku juga ingin minta maaf ke Jodha, karena kehadiran Salim nanti pasti akan sedikit mengguncang rumah tangga kalian berdua, aku yakin itu ,,, tapi aku tetap  ingin menyerahkannya ke kamu ,,,, setelah aku tiada nanti ,,,”

Jalal langsung menggelengkan kepalanya dan diraihnya tangan Nandhini perlahan untuk menguatkan Nandhini seraya berkata

“Kamu nggak akan pergi, Dhin ,,, aku yakin kamu pasti bisa melihat Salim tumbuh dewasa, kamu harus kuat, kamu harus yakin kalau kamu pasti akan sembuh” Nandhini menggelengkan kepalanya sambil mengusap airmatanya yang kembali menetes

“Aku nggak yakin akan hal itu, Jalal ,,, aku sudah merasa waktuku sudah nggak lama lagi ,,, akhir akhir ini aku sering didatangi oleh para leluhurku, juga kedua orangtuaku yang sudah lama meninggal”

Jalal tetap menggelengkan kepalanya dan berusaha sekuat tenaga meyakinkan Nandhini, memberikan semangat padanya kalau Nandhini pasti akan segera sembuh dan melihat Salim tumbuh dewasa

“Aku mohon ,,, Jalal, berjanjilah padaku ,,, jagalah Salim baik baik yaaa ,,,, aku yakin kamu dan Jodha pasti bisa menjadi orangtua yang baik untuknya, awalnya mungkin sulit buat kalian bertiga tapi aku sangat yakin ,,, lambat laun semuanya akan baik baik saja ,,,” pinta Nandhini dengan nada mengiba

Jalal benar benar gelisah, pikirannya tidak menentu, di satu sisi ada Nandhini yang mengungkapkan rahasia terbesarnya yang harus dipertanggungjawabkan oleh Jalal, tapi di sisi lain ada Jodha dan anak anak mereka ,,, apa Jodha bisa menerima semua kenyataan ini ? apa Jodha bisa menerima kehadiran Salim seperti anaknya sendiri ? Jalal bagaikan makan buah simalakama ,,,,  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENDEZVOUS session 2 chapter 7

Siang itu Jalal akhirnya pulang kerumah, begitu deru suara mobil BMW hitam Jalal masuk ke garasi, Jodha yang saat itu sedang ngobrol dengan Zakira, langsung menghentikan obrolannya "Zakira, suamiku pulang, aku tinggal dulu yaa, kamu selesaikan yang lainnya dulu, okay ?" Jodha bergegas keluar ruang kerjanya untuk segera menyambut suaminya, begitu Jodha turun kebawah dilihatnya Jalal baru masuk lewat pintu samping "Sayang, bagaimana keadaan Nandhini ? apa sudah membaik ?" Jalal langsung tersenyum begitu melihat kecemasan diwajah Jodha "Dia baik baik saja sekarang, dia sudah dalam penanganan yang terbaik, kamu nggak usah khawatir" "Syukurlah kalau begitu, aku sudah sangat khawatir dari tadi, apalagi ponselmu juga susah dihubungi, kamu pasti lupa ngecas ya ?" ujar Jodha sambil menggelanyut manja dilengan Jalal, Jalal hanya tersenyum melihat tingkah istrinya "Iyaa ,,, aku lupa" "Ya udah, sekara

DEJA VU bagian 40

  DEJA VU bagian 40 Di rumah   Jalal dan Jodha ,,,, “Mungkin memang ada baiknya juga anak yang kukandung ini pergi, karena kita berdua belum bisa menjadi orangtua yang baik untuknya, Jalal” ujar Jodha sedih “Tapi kita masih bisa memperbaikinya, sayang ,,, kita berdua, kita jalani lagi lembaran yang baru, kamu mau kan ?” pinta Jalal dengan nada mengiba, Jodha hanya menatap Jalal dengan tatapannya yang nanar, sesaat Jodha menghela nafasnya cukup dalam, lalu dipegangnya kedua pipi Jalal yang selalu merekah merah bila marah, sesaat kedua mata mereka berbicara dalam diam, ada sebuah kerinduan yang tertahan disana, hingga akhirnya Jodha pun menganggukkan kepalanya “Terima kasih, sayang” Jalal segera menghamburkan pelukkannya ketubuh Jodha, Jodha pun membalas pelukkan Jalal dengan perasaan haru, sesaat mereka berdua merasakan kehangatan tubuh keduanya yang menggelanyar disekujur tubuh, kemudian Jalal merenggangkan pelukkannya dan diciuminya kedua pipi Jodha yang basah oleh air

RENDEZVOUS session 2 chapter 2

RENDEZVOUS session 2 chapter 2 Dirumah Jodha ,,, “Yaaa ,,, mau cari siapa ?” tanya Zakira yang merasa asing dengan wanita didepannya           “Apa benar    ,,,, ini rumahnya Jallaludin Muhammad Akbar ?” Zakira langsung mengangguk, dilihat dari penampilannya yang pucat dan kuyu, perempuan ini tidak seperti teman teman perempuan Jalal yang lain ataupun kliennya, yang selalu berdandan cantik dan sexy, Zakira jadi penasaran, siapa sebenarnya perempuan ini ? “Maaf ,,, anda siapa ya ? mau bertemu dengan tuan Jalal ?” “Iyaa, tuan Jalal ada ? saya Nandhini, teman kuliahnya dulu waktu di Swiss, bisa saya bertemu dengannya ?” “Kebetulan saat ini tuan Jalal sedang tugas di Singapura, tapi nanti malam beliau pulang, kalau istrinya ada, apa mau ketemu sama istrinya ? saya panggilkan dulu yaa ,,,” belum juga Zakira melangkah masuk ke dalam rumah, tamu tak diundang itu langsung menghentikan langkah Zakira “Tidak usah ! lebih baik saya pulang saja dan tolong berikan