Langsung ke konten utama

RENDEZVOUS session 2 chapter 6

Siang itu Jalal masih bertahan dirumah sakit,
Sambil menunggu hasil test DNA Salim keluar, Jalal mencoba ngobrol dengan salah satu dokter yang menangani kasus Nandhini, Jalal sangat berharap ada sebuah kemungkinan yang bisa diperbuatnya untuk kesembuhan Nandhini
"Jalal, kita mungkin masih bisa melakukan kemo ke Nandhini atau bahkan pencangkokkan sumsum tulang belakang" ujar dokter Robert yang saat itu sedang ngobrol bareng Jalal diruang prakteknya
"Aku akan coba cari donornya, dok ,,," dokter Robert langsung menggeleng
"Rasanya percuma, Jalal ,,, karena harapan hidup pasien sendiri sangat rendah, dia menolak untuk dikemo, dia bilang dikemo itu sakit, dia sudah cukup dikemo selama ini, dia tidak mau lagi ,,, apalagi kamu tahu kan kalau penyakit leukimianya ini sudah stadium 4" sesaat Jalal terpana
"Stadium 4 ,,, dok ?" dokter Robert hanya mengangguk anggukkan kepalanya
"Dari hasil diagnosis kami, sudah ada pendarahan spontan pada tubuh pasien tanpa sebab, kami lihat sudah ada bintik bintik merah sampai ungu pada kulitnya dan kami lihat pada air seninya juga berwarna kemerahan, itu artinya pendarahannya sudah meluas, kami menduga mungkin pada paru parunya juga sudah mengalami kerusakan parah, tapi kami belum bisa memastikan hal ini, kami akan melakukan scanning terlebih dulu"
Jalal hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan dokter Robert, sesaat ruang praktek dokter Robert nampak hening
"Dok, apa harapan hidup penderita leukemia stadium 4 itu sangat kecil ?" tanya Jalal penasaran
"Iyaaa ,,, harapan hidupnya sangat tipis, meskipun masih ada beberapa cara penyembuhan, tapi kalau dari dalam diri pasien itu sendiri tidak ada semangat juang untuk bertahan hidup, akan sangat sulit sekali" Jalal ingat akan ucapan Nandhini
"Rasanya waktuku sudah nggak lama lagi, aku ingin menyerahkan Salim padamu setelah aku tiada nanti ,,,"
Jalal hanya bisa menghela nafas, tepat pada saat itu salah seorang perawat masuk ke ruang praktek dokter Robert dan memberikan hasil lab test DNA Salim ke Jalal, Jalal segera membuka amplop putih itu lalu membaca lembaran hasil testnya yang bertuliskan 'positif' ,,,
Jalal hanya bisa menghela nafas panjang, satu lagi kenyataan yang harus Jalal hadapi dengan adanya kevalidan dari hasil test lab tersebut, selain kondisi Nandhini yang semakin lemah
"Jalal, harapan hidup dalam diri seorang pasien, itu sangat diperlukan untuk kelangsungan pengobatannya, tapi kalau saya lihat dari kasus bu Dhini, sepertinya bu Dhini sudah pasrah, dia menolak beberapa tindakan medis yang kami sarankan"
"Dia memang seperti itu, dok ,,,"
"Kalau begitu, aku minta bantuanmu, Jalal ,,, tolong yakinkan dia agar mau menjalani tindakan medis selanjutnya" pinta dokter Robert
"Baik, dok ,,, akan saya usahakan ,,,"
Sekitar jam 12 siang ,,,
Akhirnya Salim tiba di rumah sakit bareng ayah tirinya, Mr. Malcolm Landgraab, seorang pria paruh baya dengan postur tubuhnya yang tinggi rata rata orang bule, dengan wajahnya yang masih menyimpan sisa sisa ketampanan masa lalu yang tersembunyi dibalik kerutan wajahnya, yang mirip dengan David Foster, musisi gaek tahun 70 an
"Mommy ,,,"
Salim langsung menghambur memeluk ibunya, Nandhini begitu dilihatnya ibunya terbaring lemah tak berdaya, Nandhini pun memeluk putra tunggalnya dengan penuh haru
"How are u ,,, ?"
"I'm fine, mommy ,,, why do u sick again ?" Salim merasa cemas dengan keadaan ibunya
"I'm okay ,,, don't worry honey ,,, ibu nggak papa" ujar Nandhini sambil mengelus rambut Salim yang merah kecoklatan lalu mencium puncak kepalanya
"Thank u for your coming" Mr. Landgraab hanya tersenyum begitu mendengar ucapan Nandhini sambil memegang tangan Nandhini lembut
"I've told u that u don't have to go here ,,,"
"I've to go here, honey ,,, " Nandhini mencoba membela dirinya
Tepat pada saat itu Jalal masuk ke dalam kamar Nandhini, dari pintu depan kamar, dilihatnya ada seorang pria bule dan seorang anak kecil berada di dalam kamar Nandhini
"Itu pasti Salim dan suami Nandhini, Mr. Landgraab" bathin Jalal dalam hati, dari dalam kamar, Nandhini yang melihat kehadiran Jalal, segera memanggil Jalal untuk masuk ke dalam kamarnya
"Jalal, masuklah ,,," perlahan Jalal masuk ke dalam kamar Nandhini sambil tersenyum kearah Mr. Landgraab yang saat itu menatap kearahnya, sementara Salim bangun dari pelukkan ibunya dan melirik kearah Jalal dengan tatapan tidak bersahabat
"Honey ,,, this is my friend, Jalal ,,, Jalal ini suamiku Mr. Malcolm Landgraab"
"Hello ,,, I'm Malcolm ,,," ujar Mr. Landgraab hangat dengan senyuman diwajahnya
"Jalal ,,," Jalal membalas uluran tangan Mr. Landgraab dengan senyuman khasnya
"Salim ,,, do u remember what I did say to u ? he is your dad, honey" Salim hanya terdiam, begitu mendengar ucapan Nandhini sambil menatap kearah Jalal masih dengan tatapan yang tidak bersahabat
"No ! No ! I don't want it, mom ,,, I don't want it !!!!" ujar Salim sambil menggeleng gelengkan kepalanya lalu berlari keluar dari kamar, semua orang sontak kaget melihat perilaku Salim, rupanya Salim belum bisa menerima Jalal sebagai ayahnya, meskipun ibunya sangat  berharap Salim bisa menerima kehadiran Jalal dalam hidupnya
"Saliiiiimmm ,,,," Nandhini hanya bisa berteriak dengan suara yang lemah
"Biar aku kejar dia, Dhin ,,," Jalal bergegas mengejar Salim keluar dan mencoba mencari anak itu disetiap sudut sudut rumah sakit, namun jalal tidak menemukan dimanapun, Jalal tahu diri kalau Salim menolak dirinya
Jalal mencoba bertanya kesemua orang yang ditemuinya di rumah sakit, namun tidak ada seorangpun yang melihat keberadaan Salim, Jalal segera mengerahkan tim security rumah sakit untuk menyebar mencari Salim
"Dia tidak mungkin jauh jauh dari rumah sakit, aku yakin dia pasti masih berada di rumah sakit, karena dia baru datang dari Australia jadi dia tidak mungkin keluar dari rumah sakit, ayooo kita menyebar dan cari dia ! kalau kalian menemukannya segera kabari aku !"
Jalal dan tim security rumah sakit ayahnya segera melakukan pencarian ke semua sudut rumah sakit, ditengah tengah pencariannya, Jalal mencoba berfikir seperti dirinya sendiri karena menurut Nandhini, Salim sedikit banyak mirip seperti dirinya, jadi Jalal berusaha berfikir kira kira apa yang akan dilakukannya kalau dirinya berada di posisi seperti Salim
"C'mon ,,, c'mon Jalal, apa yang akan kamu lakukan kalau kamu jadi Salim ?"
Jalal berusaha berfikir sekeras mungkin, hingga akhirnya entah kenapa Jalal tertarik untuk datang ke sebuah taman yang berada dibelakang rumah sakit, Jalal merasa tempat itu adalah tempat yang paling nyaman di rumah sakit ini untuk menyendiri, rasanya ada sebuah kedamaian yang bisa kita temukan dengan berada disana
Jalal bergegas ke taman tersebut dengan harapan bisa menemukan Salim disana, sepanjang perjaanan menuju ke taman tersebut, beberapa kali Jalal mendapat laporan dari tim securitynya kalau mereka belum berhasil menemukan Salim
Jalal semakin yakin kalau Salim pasti lari ke taman tersebut, kebetulan di taman itu ada sebuah kolam ikan yang di hiasi dengan bunga teratai besar yang berwarna merah muda, persis seperti yang diinginkan oleh ibunya yang memunculkan ide pembuatan kolam ikan ini pertama kali
Ketika Jalal sampai disana, benar juga disana ada seorang anak laki laki yang sedang duduk di sebuah bangku taman yang menghadap ke kolam ikan, ciri cirinya mirip sekali dengan Salim, Jalal mencoba mendekatinya dari arah belakang
Jalal yakin kalau dirinya mendekati Salim dari arah depan, Salim pasti akan berlari menjauhinya, Jalal berusaha mendekatinya secara perlahan lahan
"Haiii ,,, may I sit here ?" Salim langsung melirik kearah Jalal begitu mendengar suara Jalal berada disampingnya, saat itu Salim hendak pergi lagi meninggalkan Jalal, Jalal langsung berkata
"Okee ,,, okee ,,, I won't sit here but could we talk like a friend ?" pinta Jalal penuh harap, sesaat Salim hanya terdiam sambil menatap kearah kolam ikan didepannya, tak lama kemudian Salim akhirnya menganggukkan kepalanya
"Yeeaah ,,, u can sit here, kamu bisa duduk disini" akhirnya Salim mau membuka suaranya
"Kamu bisa bahasa ternyata ,,,," Salim hanya mengangguk kecil
"My mom taught me ,,, dia selalu bicara dengan bahasa" ujar Salim dengan aksen bulenya
"Baiklah, kenalkan aku Jalal" Jalal berusaha mengakrabkan diri dengan Salim sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, namun Salim mengabaikannya, Salim tetap dingin dan tidak bersahabat
"I knew u ,,,,, my mom told me a lot about u, my mom banyak cerita tentang kamu" Jalal hanya terdiam, mencoba menjadi pendengar yang baik, sesaat keduanya terdiam
"Apa kamu suka dengan taman ini ?" Jalal mencoba mencairkan suasana yang agak kaku diantara mereka, Salim hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Jalal
"Kamu tahu dulu pemilik rumah sakit ini hendak menjadikan lahan kosong ini sebagai tempat bermain golf para dokter, jadi pada waktu senggang, para dokter bisa refreshing dan bermain golf disini" ujar Jalal sambil menunjuk kearah area kolam ikan
"Tapi ,,, istri si pemilik rumah sakit ini tidak setuju, karena dengan begitu, kesannya hanya para dokter saja yang bisa memanfaatkan area ini, oleh karena itu sang istri memberikan sebuah ide untuk membuat sebuah taman dengan kolam ikannya yang besar, maka jadilah tempat ini,  bisa digunakan oleh semua orang, termasuk kamu, iya kan ?" Salim hanya terdiam, tidak memberikan respon apapun dengan cerita Jalal
"Dulu waktu aku kecil waktu aku seumuran kamu, aku juga sering datang ke taman ini dan kamu tahu agar aku nggak bosan, aku biasanya nyoba belajar cara memantulkan batu di permukaan kolam itu, ternyata ada tehnik yang harus kita pelajari, kamu mau tahu ? lihat yaa"
Jalal lalu berdiri dan mulai mencari batu yang ada disana, kemudian didekatinya bibir kolam tersebut dan mulai berancang ancang untuk melemparkan batu itu ke tengah kolam, dengan satu hentakan, akhirnya Jalal bisa membuat batu itu melompat lompat diatas permukaan kolam
Dari tempatnya duduk, Salim merasa takjub dan ingin ikut mencoba melempar batu seperti Jalal, tapi Salim mengurungkan niatnya dan hanya melihat Jalal melemparkan batu batu itu berulang kali hingga membentuk sebuah lompatan lompatan yang menarik
"Kamu tahu, aku pernah dengar ada sebuah lomba lompat batu seperti ini, kalau nggak salah di kota Bennington di negara bagian ,,," belum juga Jalal selesai dengan ucapannya, Salim sudah menyela
"Vermont ! I mean ,,, negara bagian Vermont, Amerika Serikat arah timur laut" sesaat Jalal terperangah dengan jawaban Salim karena Salim langsung dengan cepat menerangkan tempat yang dimaksud Jalal, sedangkan Jalal lupa lupa ingat nama negara bagiannya, hanya ingat tempatnya di Amerika
"Anak ini benar benar ,,, sangat cerdas" bathin Jalal sambil tersenyum menatap kearah Salim yang kembali terdiam
"Iyaa betul itu ! negara bagian Vermont di Amrik, bahkan ada yang bisa memecahkan rekor Guinness World Records, dengan rekor 51 pantulan dalam satu kali lemparan, amazing kan ?" ujar Jalal sambil kembali mendekat kearah Salim
"Aku baru dengar itu ,,," kembali suara Salim terdengar
"Kamu mau mencobanya ? kalau kamu tertarik, aku bisa mengajarimu nanti" ujar Jalal tulus
"Thank u ,,, I've to go to my mom, see you ,,,"
Salim segera berdiri dan berjalan meninggalkan Jalal, Jalal hanya tersenyum sambil menatap kearah anak kandungnya ini, Jalal kemudian menghembuskan nafasnya dalam, rasanya sebagian beban beratnya mulai sedikit berkurang, namun baru beberapa langkah Salim meninggalkan dirinya, tiba tiba terdengar teriakan Salim dari arah belakang Jalal
"Aku harus manggil kamu apa .... ?" Jalal segera berbalik dan menatap kearah Salim yang sedang berdiri agak jauh dibelakangnya
"Kamu bisa memanggilku apa saja, sesuka hatimu ,,," teriak Jalal
Salim lalu berbalik dan meninggalkan Jalal yang menatapnya cukup lama sambil berkata dalam hati "Jodha, aku harap kamu bisa menerima anak ini sebagai putramu dengan ikhlas"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS ASHOKA SAMRAT - 15 MEI 2015

SINOPSIS Chakravartin Ashoka Samrat - 15 MEI ANTV by. Sally Diandra  Tabib sedang membuat ramuan yang sangat special dan teringat ketika Justin mengatakan bahwa dirinya bisa membalas dendam, saat itu Dharma sedang membuat ramuan dikamar Maharaja Bindusara, sedangkan Ashoka berusaha melepaskan diri dari ikatan tali yang mengikat tubuhnya, dia berhasil lolos dan keluar dari kamar Acharaya, ketika menyelinap kesebuah ruangan, Ashoka melihat ada dua orang laki laki yang sedang melumuri panah dengan sebuah ramuan yang bisa membunuh siapapun juga, Ashoka mengambil anak panah dan busurnya kemudian berjingkat keluar tanpa sepengetahuan mereka, orang yang dilihat oleh Ashoka adalah sang tabib dan salah satu prajurit “Sekarang, panah ini bisa digunakan untuk membunuh !” ujar sang tabib.  Lolosnya Ashoka diketahui oleh para prajurit, mereka langsung mengejar Ashoka masuk kedalam hutan, Ashoka berlari sangat kencang kemudian memanjat sebuah pohon dan bertahan diatas sana “Kita ...

Bila saatnya Tiba - Review

Beberapa hari kemudian atau tepat setelah 40 hari kematian ayah Jodha, pesta pernikahan antara Jodha dan Jalal akhirnya terwujud, pesta yang berlangsung sangat sederhana dirumah Jodha itu, memang dibuat sedemikian rupa hanya untuk keluarga besar dan orang orang terdekat saja, Jodha tidak ingin diadakan resepsi besar besaran setelah selesai acara akad nikah, walaupun sebenarnya keluarga Jalal bisa mewujudkannya tapi karena Jodha memaksa hanya untuk orang terdekat saja yang bisa hadir di pesta pernikahannya, keluarga Jalal pun menyerah. Dengan balutan kebaya berwarna putih gading dan sanggul jawa yang menghias mahkota rambutnya, Jodha nampak kelihatan sangat anggun dan mempesona, wajah asli keturunan orang Jawa dengan matanya yang bulat, yang selalu tidak bisa membuat mata Jalal berkedip ketika memandangnya, ditambah hidungnya  yang mancung dan bibir yang mungil semakin melengkapi kecantikan seorang priyayi Jawa, sementara itu Jalal yang mengenakan beskap (pakaian adat Jawa untuk pr...

RENDEZVOUS session 2 chapter 1

RENDEZVOUS session 2 chapter 1 Catatan author : cerita ini merupakan kelanjutan perjalanan cinta kasih Jodha dan Jalal yang diterukir di Rendezvous, author sengaja menggunakan judul yang sama, agar para pembaca bisa menarik benang merah yang masih berhubungan dengan sekuel yang pertama, untuk kamu the new readers, ada baiknya untuk membaca sekuel yang pertama dulu RENDEZVOUS Dan cerita ini dimulai ketika putri sulung Jodha dan Jalal yang diberi nama Aram Bano sudah berusia 5 lima tahun Siang itu Jakarta diguyur hujan yang cukup deras, curah hujannya yang menari bagaikan ribuan kerikil yang dilempar dari atas langit, dari dalam mobil Porsche hitamnya Jodha mencoba menengok keatas melalui kaca jendela depan, hujan masih turun cukup deras, sementara kendaraan yang berada didepannya seakan enggan untuk bergerak, siang itu Jodha hanya bisa pasrah dengan kondisi yang harus di hadapinya, macet dan hujan, belum lagi kejadian tadi pagi cukup membuat Jodha mengelus dada ...