Langsung ke konten utama

RENDEZVOUS session 2 chapter 7

Siang itu Jalal akhirnya pulang kerumah,

begitu deru suara mobil BMW hitam Jalal masuk ke garasi, Jodha yang saat itu sedang ngobrol dengan Zakira, langsung menghentikan obrolannya
"Zakira, suamiku pulang, aku tinggal dulu yaa, kamu selesaikan yang lainnya dulu, okay ?"
Jodha bergegas keluar ruang kerjanya untuk segera menyambut suaminya, begitu Jodha turun kebawah dilihatnya Jalal baru masuk lewat pintu samping
"Sayang, bagaimana keadaan Nandhini ? apa sudah membaik ?" Jalal langsung tersenyum begitu melihat kecemasan diwajah Jodha
"Dia baik baik saja sekarang, dia sudah dalam penanganan yang terbaik, kamu nggak usah khawatir"
"Syukurlah kalau begitu, aku sudah sangat khawatir dari tadi, apalagi ponselmu juga susah dihubungi, kamu pasti lupa ngecas ya ?" ujar Jodha sambil menggelanyut manja dilengan Jalal, Jalal hanya tersenyum melihat tingkah istrinya
"Iyaa ,,, aku lupa"
"Ya udah, sekarang kamu mau makan atau mandi dulu ? kamu pasti belum mandi kan ?"
"Bagaimana kalau kamu menyiapkan makan siang, selagi aku mandi, hmm ?"
"Baiklah, aku akan panaskan makanannya dulu" ujar Jodha sambil mencium mesra pipi Jalal, Jalal langsung membalasnya dengan mencium bibir Jodha lembut kemudian mereka berdua saling tersenyum satu sama lain
"Sudah sana siapin dulu" ujar Jalal sambil menepuk pantat Jodha yang lebar, Jodha segera berbalik menuju dapur, sedangkan Jalal langsung naik ke lantai atas menuju ke kamarnya
Jalal bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan membasahi tubuh dan wajahnya dibawah shower, dingin air shower dapat membuat dirinya merasa lebih nyaman setelah berhadapan dengan berbagai macam kejadian di rumah sakit tadi
Sesaat Jalal berfikir, bagaimana caranya mengatakan hal ini pada Jodha ? bagaimana caranya agar Jodha bisa menerima semua kenyataan ini ? Jalal benar benar gelisah, hingga tak terasa acara mandinya pun memakan waktu yang cukup lama
Sehingga tanpa Jalal sadari, tau tau Jodha sudah berdiri didepan pintu kaca yang membingkai tempat shower sambil mengulurkan kimono handuk kearah Jalal
"Kamu ,, ?" Jalal kaget melihat kehadiran Jodha di dalam kamar mandi
"Salah sendiri pintu kamar mandi nggak dikunci, lagian kok lama banget sih mandinya ? pake acara luluran dulu yaa ,,, ?" goda Jodha dengan kerlingan mata bulatnya
"Kamu bisa aja ,,, sebenarnya sih penginnya gitu, tapi kamu nggak datang datang" Jalal balik menggoda sambil mengenakan kimono handuknya lalu mulai mengeringkan rambutnya yang gondrong sambil beralih kearah cermin besar yang ada di kamar mandi
"Huusshhh !!! Aram sudah pulang ,,, dia sudah menunggu dari tadi dibawah, pengin makan siang sama kamu, oh iyaa ,,, pakaianmu sudah aku siapin di atas kasur, aku turun dulu yaa, aku tunggu dibawah, jangan lama lama" ujar Jodha sambil memeluk Jalal dari belakang lalu ngelonyor pergi keluar dari kamar mandi, Jalal hanya mengangguk melalui pantulan cermin didepannya
Setelah selesai mengenakan kaos dan celana bermuda yang disiapkan Jodha, Jalal bersiap siap hendak turun kebawah untuk makan siang bareng Jodha dan Aram, namun tiba tiba Aram, si putri kecilnya nongol dibalik pintu kamar
"Ayaaahhh ,,, !!!!" Aram segera berlari kearah Jalal sambil naik keatas tempat tidur dan melompat lompat disana seraya berkata
"Ayah kemana aja ? kok lama amat pulangnya ?"
"Ayah kan harus ngurusin tante Dhini di rumah sakit, tante Dhini kan sakit, Aram tau kan ?" ujar Jalal sambil memeluk putri sulungnya ini dan menciumi kedua pipinya yang chubby
"Aram bilang apa ,,, tante Dhini itu sakit, ayah nggak percaya kan kemarin ? adek botak juga tau kalau tante Dhini itu sakit, hidungnya itu sering berdarah lhoo, yah ,,," Jalal mengangguk angguk
"Iyaa pak dokter juga bilang gitu, kasihan yaaa ,,, tante Dhini ,,, sekarang gimana kalau kita makan siang dulu ? Aram belum makan kan ? ayoo kita turun, mama pasti sudah nggak sabar nungguin kita, yuuk ,,,"
"Aram gendong belakang !" Aram segera menjulurkan tangannya minta digendong, Jalal segera berbalik dan menyediakan punggungnya untuk Aram dan hoop ,,,, Aram sudah dalam gendongan Jalal, Jalal bergegas menggendong Aram turun kebawah menuju ke ruang makan
"Oh iyaa ,,, Aram jadi keluar dari kelas ballet ?"
"He eh ,,," Aram langsung mengangguk dibelakang punggung Jalal
"Aram nggak nyesel keluar dari kelas ballet ?' tanya Jalal sambil terus membawa Aram turun kebawah
"Nggak ! Aram nggak mau ,,, !!!"
"Terus Aram mau ambil ekstrakurikulernya apa ?"
"Drum band !!! tadi Aram udah ikut latihan ,,, deeereedeeem dereeedeeem deedeem ,,," saat itu Jalal dan Aram sudah sampai bawah, Jodha hanya geleng geleng kepala melihat tingkah ayah dan anak ini sambil bertanya
"Emang gitu suaranya drum band gitu, sayang ?" tanya Jodha sambil mengambil Aram dari gendongan Jalal
"Iyaa ,,, mama, tadi mama nggak liat sih waktu Aram latihan drum band !"
"Yaa udah sekarang kita makan siang dulu yuuk, kasihan tuu ayah perutnya dah keroncongan" Jodha kemudian mendudukkan Aram di kursi dan mereka bertiga mulai makan bersama
Ketika lagi asyik asyiknya menikmati menu makan siang buatan Jodha dan Shivani, tiba tiba Aram nyeletuk dengan polosnya
"Ayah ,,, ayah punya temen baru yaa ?" sesaat Jalal bingung
"Teman baru ? teman baru yang mana, sayang ?"
"Yang di rumah sakit, ayah baru kenalan kan hari ini, siapa namanya ayah ?" Jalal jadi ingat sama Salim
"Maksud kamu anak cowok ?" Aram langsung mengangguk anggukkan kepalanya dengan mimik wajahnya yang lucu
"Ooo itu ,,, itu anaknya tante Dhini ,,, namanya Salim, d  ia baru datang dari Australia, nengokin ibunya yang sakit" Aram lalu mengerutkan dahinya
"Aus tra lia itu dimana ayah ?" tanya Aram dengan logat cedalnya
"Australia itu jauh sayang ,,, kurang lebih tujuh jam kalau pake pesawat, Aram ingat sama Papua ? waktu tempo hari kita libur ke Raja Ampat ? nah Australia itu deket situ tapi dia itu bukan bagian dari negara kita jadi sudah masuknya luar negeri"
"Jadi kak Salim itu dari luar negeri ?" tanya Aram dengan kedua bola matanya yang membulat, Jalal dan Jodha langsung mengangguk anggukkan kepala
"Kapan kapan kita ke Australia yaa, ayah ,,,"
"Okee ,,, nanti kita atur waktunya dulu yaa sayang ,,, nanti kita bisa libur bareng kesana"
"Asyiiiik ,,," Aram langsung berteriak kegirangan
"Sayang, memangnya anaknya Nandhini sudah datang ?" Jalal menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Jodha
"Dia baru datang siang ini bareng ayah tirinya" Jalal jadi teringat pada Salim yang menolak kehadirannya tadi ketika Nandhini mengenalkan dirinya, sesaat Jalal menghela nafas dalam, dan mulai mengira ngira apakah nanti Jodha juga akan menolak kenyataan ini dan tidak bisa menerima Salim sebagai anak Jalal ?
*****
Malam harinya,
setelah menidurkan Aram, Jodha bergegas masuk ke dalam kamarnya, dilihatnya Jalal belum tidur, Jalal nampak asyik dengan laptopnya, sementara Jodha bergegas membersihkan wajahnya dari sisa riasan, setelah selesai semuanya Jodha bergegas naik ke atas tempat tidur menyusul suaminya yang masih sibuk dengan tugas tugas kantornya yang sempat terbengkalai sehari ini
Jodha berusaha mendekati Jalal sambil ikut memperhatikan angka angka dan grafik yang terpampang di layar laptop yang tidak Jodha mengerti, Jalal tersenyum sambil melirik kearahnya, Jalal tahu kalau Jodha kangen dengan dirinya setelah selama seminggu ini mereka terpisah jarak dan waktu
"Mau aku buatin kopi ?" Jalal menggelengkan kepalanya seraya berkata
"Nggak usah nanti saja, aku maunya kamu" Jalal lalu menutup laptopnya dan menaruhnya diatas meja disamping tempat tidur, kemudian mendekat kearah Jodha yang memang sudah menanti dirinya sedari tadi
Jalal sudah berada tepat diatas Jodha, kedua mata mereka saling memandang satu sama lain penuh cinta, Jodha lalu menggigit bibir bawahnya, membuat Jalal jadi semakin bergairah ingin melumatnya
"Kamu kangen aku kan ?" Jodha langsung memasang muka cemberut dengan tampangnya yang ketus
"Iiih siapa juga yang kangen, kamu kaleee yang kangen" Jodha balas mengejek Jalal lalu memiringkan tubuhnya kesamping, membuat Jalal merasa tertantang untuk menaklukkan Jodha yang jinak jinak merpati malam ini
Jalal segera menciumi rambut Jodha dari arah samping, kemudian turun ke telinga dan leher, membuat Jodha sedikit menggelinjang, namun Jodha tetap bertahan dengan posisinya sambil menahan geli dari serangan Jalal yang sebenarnya memang diinginkan Jodha
Jodha sadar kalau dirinya selalu ketagihan dengan sentuhan Jalal yang selalu bisa membuatnya nyaman dan menyenangkan, Jalal selalu bisa memperlakukan Jodha sebagai wanita yang paling beruntung bisa mendapatkan Jalal sebagai suaminya
Hingga akhirnya Jodha pun tak tahan dengan sentuhan Jalal yang sudah sampai dipunggungnya, ditambah dengan tangannya yang bergerilya kesekujur tubuhnya,
Jodha segera membalik tubuhnya dan berhadapan langsung dengan sang penakluk, Jodha teringat ketika dulu pertama kali Jalal mencium bibirnya di tengah lapangan tenis, sebagai bentuk hadiah yang dimintanya
Jodha selalu tertawa sendiri bila mengingat hal itu, segera dilingkarkannya lengannya di leher Jalal dan memaksa Jalal untuk mendekat kearahnya, lalu Jodha melumat rakus bibir Jalal yang selalu merah alami sambil meremas rambut Jalal yang gondrong, Jalal pun membalas lumatan Jodha dengan French kiss andalannya sambil tangannya kembali bergerilya ke area area sensitive Jodha yang selalu membuat Jodha mengerang karena nikmat
Hingga akhirnya pergulatan mereka malam itu diakhiri dengan penyatuan mereka berdua menuju nirwana bersama, Jodha selalu merasa puas dan ketagihan dengan nafkah bathin yang diberikan Jalal, Jalal pun merasakan hal yang sama seperti Jodha, mereka berdua memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
Keesokan harinya,
Pagi itu setelah selesai sarapan pagi, Jalal nampak terburu buru karena pagi ini Jalal sudah ada janji meeting dengan salah satu kliennya, Jalal baru ingat setelah rekan kerjanya Paul, menelfonnya pagi itu
"Sayang, nanti siang mau makan siang dirumah atau di kantor ?" tanya Jodha sambil mengekor dibelakang Jalal menuju ke teras depan
"Aku belum tau, sayang ,,, nanti aku telfon yaa" Jalal lalu mencium bibir Jodha dengan lembut sambil berbisik lirih
"Terima kasih untuk semalam" Jodha hanya tersipu malu sambil menatap suaminya ini penuh cinta
"Tejwan !!! antar aku ke kantor !" teriak Jalal kearah Tejwan yang saat itu sudah berdiri didekat mobil Jalal
"Siap boss !!!" tak lama kemudian mobil BMW hitam Jalal sudah melesat meninggalkan rumah,
Jodha hanya bisa termangu menatap kepergian suaminya, tepat pada saat itu, ada sebuah mobil Xpander putih berhenti disebrang rumah Jodha atau lebih tepatnya dirumah Himawari, mantan tetangga Jodha yang dari Jepang, dari dalam mobil, keluarlah seorang perempuan dengan dandannya yang cukup eksentrik menurut Jodha
Perempuan itu mengenakan baju ala bohemian seperti perempuan perempuan gipsy lengkap dengan bandana dikepalanya plus kalung besarnya yang menggelantung dilehernya yang jenjang, sekilas perempuan itu melirik kearah Jodha sambil membuka kacamata hitamnya, lalu memberikan senyuman kearah Jodha, Jodha pun ikut membalas senyumannya sambil menganggukkan kepalanya
"Rupanya ini tetangga baru yang dibilang sama Aram, tapi kenapa Aram bilangnya serem yaa ? orangnya cantik kok" bathin Jodha dalam hati sambil memperhatikan tetangga barunya yang sudah masuk kerumahnya sendiri
Jodha pun bergegas masuk ke dalam rumah untuk mengecek si kembar, namun baru saja Jodha menutup pintu depan rumahnya, tiba tiba Shivani berlari kearahnya sambil membawa sebuah amplop
"Nyonya, ini tadi saya menemukan amplop disaku celana tuan, untung saja belum kecuci"
"Okee ,,, makasih yaa Shiva ,,, amplop apa ini ?" Jodha segera mengambil amplop putih tersebut dari tangan Shivani, lalu dikeluarkannya kertas yang terdapat didalamnya, dengan seksama Jodha membacanya isi kertas tersebut
"Genetic Test Report, mother Nandhini, child Salim, alleged father Jalal, probability of parentage = 99,99943325%, conclusion based on the DNA analysis, the alleged father, Jalal, is the biological father of the child, Salim, because they are share sufficient genetic markers, of the genetic indentity systems tested 10 of 15 match"
Jodha langsung terhuyung kebelakang begitu membaca isi amplop tersebut, tiba tiba saja kepalanya terasa pusing, Jodha seakan akan tidak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya
"Salim anak Jalal ? kemungkinan keturunannya 99,99% ? bagaimana bisa ?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DEJA VU bagian 40

  DEJA VU bagian 40 Di rumah   Jalal dan Jodha ,,,, “Mungkin memang ada baiknya juga anak yang kukandung ini pergi, karena kita berdua belum bisa menjadi orangtua yang baik untuknya, Jalal” ujar Jodha sedih “Tapi kita masih bisa memperbaikinya, sayang ,,, kita berdua, kita jalani lagi lembaran yang baru, kamu mau kan ?” pinta Jalal dengan nada mengiba, Jodha hanya menatap Jalal dengan tatapannya yang nanar, sesaat Jodha menghela nafasnya cukup dalam, lalu dipegangnya kedua pipi Jalal yang selalu merekah merah bila marah, sesaat kedua mata mereka berbicara dalam diam, ada sebuah kerinduan yang tertahan disana, hingga akhirnya Jodha pun menganggukkan kepalanya “Terima kasih, sayang” Jalal segera menghamburkan pelukkannya ketubuh Jodha, Jodha pun membalas pelukkan Jalal dengan perasaan haru, sesaat mereka berdua merasakan kehangatan tubuh keduanya yang menggelanyar disekujur tubuh, kemudian Jalal merenggangkan pelukkannya dan diciuminya kedua pipi Jodha yang basah oleh air

RENDEZVOUS session 2 chapter 2

RENDEZVOUS session 2 chapter 2 Dirumah Jodha ,,, “Yaaa ,,, mau cari siapa ?” tanya Zakira yang merasa asing dengan wanita didepannya           “Apa benar    ,,,, ini rumahnya Jallaludin Muhammad Akbar ?” Zakira langsung mengangguk, dilihat dari penampilannya yang pucat dan kuyu, perempuan ini tidak seperti teman teman perempuan Jalal yang lain ataupun kliennya, yang selalu berdandan cantik dan sexy, Zakira jadi penasaran, siapa sebenarnya perempuan ini ? “Maaf ,,, anda siapa ya ? mau bertemu dengan tuan Jalal ?” “Iyaa, tuan Jalal ada ? saya Nandhini, teman kuliahnya dulu waktu di Swiss, bisa saya bertemu dengannya ?” “Kebetulan saat ini tuan Jalal sedang tugas di Singapura, tapi nanti malam beliau pulang, kalau istrinya ada, apa mau ketemu sama istrinya ? saya panggilkan dulu yaa ,,,” belum juga Zakira melangkah masuk ke dalam rumah, tamu tak diundang itu langsung menghentikan langkah Zakira “Tidak usah ! lebih baik saya pulang saja dan tolong berikan