Siang itu Jalal akhirnya pulang kerumah,
begitu deru suara mobil
BMW hitam Jalal masuk ke garasi, Jodha yang saat itu sedang ngobrol
dengan Zakira, langsung menghentikan obrolannya
"Zakira, suamiku pulang, aku tinggal dulu yaa, kamu selesaikan yang lainnya dulu, okay ?"
Jodha bergegas keluar
ruang kerjanya untuk segera menyambut suaminya, begitu Jodha turun
kebawah dilihatnya Jalal baru masuk lewat pintu samping
"Sayang, bagaimana keadaan Nandhini ? apa sudah membaik ?" Jalal langsung tersenyum begitu melihat kecemasan diwajah Jodha
"Dia baik baik saja sekarang, dia sudah dalam penanganan yang terbaik, kamu nggak usah khawatir"
"Syukurlah kalau begitu,
aku sudah sangat khawatir dari tadi, apalagi ponselmu juga susah
dihubungi, kamu pasti lupa ngecas ya ?" ujar Jodha sambil menggelanyut
manja dilengan Jalal, Jalal hanya tersenyum melihat tingkah istrinya
"Iyaa ,,, aku lupa"
"Ya udah, sekarang kamu mau makan atau mandi dulu ? kamu pasti belum mandi kan ?"
"Bagaimana kalau kamu menyiapkan makan siang, selagi aku mandi, hmm ?"
"Baiklah, aku akan
panaskan makanannya dulu" ujar Jodha sambil mencium mesra pipi Jalal,
Jalal langsung membalasnya dengan mencium bibir Jodha lembut kemudian
mereka berdua saling tersenyum satu sama lain
"Sudah sana siapin dulu"
ujar Jalal sambil menepuk pantat Jodha yang lebar, Jodha segera
berbalik menuju dapur, sedangkan Jalal langsung naik ke lantai atas
menuju ke kamarnya
Jalal bergegas masuk ke
dalam kamar mandi dan membasahi tubuh dan wajahnya dibawah shower,
dingin air shower dapat membuat dirinya merasa lebih nyaman setelah
berhadapan dengan berbagai macam kejadian di rumah sakit tadi
Sesaat Jalal berfikir,
bagaimana caranya mengatakan hal ini pada Jodha ? bagaimana caranya agar
Jodha bisa menerima semua kenyataan ini ? Jalal benar benar gelisah,
hingga tak terasa acara mandinya pun memakan waktu yang cukup lama
Sehingga tanpa Jalal
sadari, tau tau Jodha sudah berdiri didepan pintu kaca yang membingkai
tempat shower sambil mengulurkan kimono handuk kearah Jalal
"Kamu ,, ?" Jalal kaget melihat kehadiran Jodha di dalam kamar mandi
"Salah sendiri pintu
kamar mandi nggak dikunci, lagian kok lama banget sih mandinya ? pake
acara luluran dulu yaa ,,, ?" goda Jodha dengan kerlingan mata bulatnya
"Kamu bisa aja ,,,
sebenarnya sih penginnya gitu, tapi kamu nggak datang datang" Jalal
balik menggoda sambil mengenakan kimono handuknya lalu mulai
mengeringkan rambutnya yang gondrong sambil beralih kearah cermin besar
yang ada di kamar mandi
"Huusshhh !!! Aram
sudah pulang ,,, dia sudah menunggu dari tadi dibawah, pengin makan
siang sama kamu, oh iyaa ,,, pakaianmu sudah aku siapin di atas kasur,
aku turun dulu yaa, aku tunggu dibawah, jangan lama lama" ujar Jodha
sambil memeluk Jalal dari belakang lalu ngelonyor pergi keluar dari
kamar mandi, Jalal hanya mengangguk melalui pantulan cermin didepannya
Setelah selesai
mengenakan kaos dan celana bermuda yang disiapkan Jodha, Jalal bersiap
siap hendak turun kebawah untuk makan siang bareng Jodha dan Aram, namun
tiba tiba Aram, si putri kecilnya nongol dibalik pintu kamar
"Ayaaahhh ,,, !!!!" Aram segera berlari kearah Jalal sambil naik keatas tempat tidur dan melompat lompat disana seraya berkata
"Ayah kemana aja ? kok lama amat pulangnya ?"
"Ayah kan harus ngurusin
tante Dhini di rumah sakit, tante Dhini kan sakit, Aram tau kan ?" ujar
Jalal sambil memeluk putri sulungnya ini dan menciumi kedua pipinya
yang chubby
"Aram bilang apa ,,,
tante Dhini itu sakit, ayah nggak percaya kan kemarin ? adek botak juga
tau kalau tante Dhini itu sakit, hidungnya itu sering berdarah lhoo,
yah ,,," Jalal mengangguk angguk
"Iyaa pak dokter juga
bilang gitu, kasihan yaaa ,,, tante Dhini ,,, sekarang gimana kalau kita
makan siang dulu ? Aram belum makan kan ? ayoo kita turun, mama pasti
sudah nggak sabar nungguin kita, yuuk ,,,"
"Aram gendong belakang
!" Aram segera menjulurkan tangannya minta digendong, Jalal segera
berbalik dan menyediakan punggungnya untuk Aram dan hoop ,,,, Aram sudah
dalam gendongan Jalal, Jalal bergegas menggendong Aram turun kebawah
menuju ke ruang makan
"Oh iyaa ,,, Aram jadi keluar dari kelas ballet ?"
"He eh ,,," Aram langsung mengangguk dibelakang punggung Jalal
"Aram nggak nyesel keluar dari kelas ballet ?' tanya Jalal sambil terus membawa Aram turun kebawah
"Nggak ! Aram nggak mau ,,, !!!"
"Terus Aram mau ambil ekstrakurikulernya apa ?"
"Drum band !!! tadi Aram
udah ikut latihan ,,, deeereedeeem dereeedeeem deedeem ,,," saat itu
Jalal dan Aram sudah sampai bawah, Jodha hanya geleng geleng kepala
melihat tingkah ayah dan anak ini sambil bertanya
"Emang gitu suaranya drum band gitu, sayang ?" tanya Jodha sambil mengambil Aram dari gendongan Jalal
"Iyaa ,,, mama, tadi mama nggak liat sih waktu Aram latihan drum band !"
"Yaa udah sekarang kita
makan siang dulu yuuk, kasihan tuu ayah perutnya dah keroncongan" Jodha
kemudian mendudukkan Aram di kursi dan mereka bertiga mulai makan
bersama
Ketika lagi asyik asyiknya menikmati menu makan siang buatan Jodha dan Shivani, tiba tiba Aram nyeletuk dengan polosnya
"Ayah ,,, ayah punya temen baru yaa ?" sesaat Jalal bingung
"Teman baru ? teman baru yang mana, sayang ?"
"Yang di rumah sakit, ayah baru kenalan kan hari ini, siapa namanya ayah ?" Jalal jadi ingat sama Salim
"Maksud kamu anak cowok ?" Aram langsung mengangguk anggukkan kepalanya dengan mimik wajahnya yang lucu
"Ooo itu ,,, itu
anaknya tante Dhini ,,, namanya Salim, d ia baru datang dari Australia, nengokin ibunya
yang sakit" Aram lalu mengerutkan dahinya
"Aus tra lia itu dimana ayah ?" tanya Aram dengan logat cedalnya
"Australia itu jauh
sayang ,,, kurang lebih tujuh jam kalau pake pesawat, Aram ingat sama
Papua ? waktu tempo hari kita libur ke Raja Ampat ? nah Australia itu
deket situ tapi dia itu bukan bagian dari negara kita jadi sudah
masuknya luar negeri"
"Jadi kak Salim itu dari
luar negeri ?" tanya Aram dengan kedua bola matanya yang membulat,
Jalal dan Jodha langsung mengangguk anggukkan kepala
"Kapan kapan kita ke Australia yaa, ayah ,,,"
"Okee ,,, nanti kita atur waktunya dulu yaa sayang ,,, nanti kita bisa libur bareng kesana"
"Asyiiiik ,,," Aram langsung berteriak kegirangan
"Sayang, memangnya anaknya Nandhini sudah datang ?" Jalal menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Jodha
"Dia baru datang siang
ini bareng ayah tirinya" Jalal jadi teringat pada Salim yang menolak
kehadirannya tadi ketika Nandhini mengenalkan dirinya, sesaat Jalal
menghela nafas dalam, dan mulai mengira ngira apakah nanti Jodha juga
akan menolak kenyataan ini dan tidak bisa menerima Salim sebagai anak
Jalal ?
*****
Malam harinya,
setelah menidurkan Aram,
Jodha bergegas masuk ke dalam kamarnya, dilihatnya Jalal belum tidur,
Jalal nampak asyik dengan laptopnya, sementara Jodha bergegas
membersihkan wajahnya dari sisa riasan, setelah selesai semuanya Jodha
bergegas naik ke atas tempat tidur menyusul suaminya yang masih sibuk
dengan tugas tugas kantornya yang sempat terbengkalai sehari ini
Jodha berusaha mendekati
Jalal sambil ikut memperhatikan angka angka dan grafik yang terpampang
di layar laptop yang tidak Jodha mengerti, Jalal tersenyum sambil
melirik kearahnya, Jalal tahu kalau Jodha kangen dengan dirinya setelah
selama seminggu ini mereka terpisah jarak dan waktu
"Mau aku buatin kopi ?" Jalal menggelengkan kepalanya seraya berkata
"Nggak usah nanti saja,
aku maunya kamu" Jalal lalu menutup laptopnya dan menaruhnya diatas
meja disamping tempat tidur, kemudian mendekat kearah Jodha yang memang
sudah menanti dirinya sedari tadi
Jalal sudah berada tepat
diatas Jodha, kedua mata mereka saling memandang satu sama lain penuh
cinta, Jodha lalu menggigit bibir bawahnya, membuat Jalal jadi semakin
bergairah ingin melumatnya
"Kamu kangen aku kan ?" Jodha langsung memasang muka cemberut dengan tampangnya yang ketus
"Iiih siapa juga yang
kangen, kamu kaleee yang kangen" Jodha balas mengejek Jalal lalu
memiringkan tubuhnya kesamping, membuat Jalal merasa tertantang untuk
menaklukkan Jodha yang jinak jinak merpati malam ini
Jalal segera menciumi
rambut Jodha dari arah samping, kemudian turun ke telinga dan leher,
membuat Jodha sedikit menggelinjang, namun Jodha tetap bertahan dengan
posisinya sambil menahan geli dari serangan Jalal yang sebenarnya memang
diinginkan Jodha
Jodha sadar kalau
dirinya selalu ketagihan dengan sentuhan Jalal yang selalu bisa
membuatnya nyaman dan menyenangkan, Jalal selalu bisa memperlakukan
Jodha sebagai wanita yang paling beruntung bisa mendapatkan Jalal
sebagai suaminya
Hingga akhirnya Jodha
pun tak tahan dengan sentuhan Jalal yang sudah sampai dipunggungnya,
ditambah dengan tangannya yang bergerilya kesekujur tubuhnya,
Jodha segera membalik
tubuhnya dan berhadapan langsung dengan sang penakluk, Jodha teringat
ketika dulu pertama kali Jalal mencium bibirnya di tengah lapangan
tenis, sebagai bentuk hadiah yang dimintanya
Jodha selalu tertawa
sendiri bila mengingat hal itu, segera dilingkarkannya lengannya di
leher Jalal dan memaksa Jalal untuk mendekat kearahnya, lalu Jodha
melumat rakus bibir Jalal yang selalu merah alami sambil meremas rambut
Jalal yang gondrong, Jalal pun membalas lumatan Jodha dengan French kiss
andalannya sambil tangannya kembali bergerilya ke area area sensitive
Jodha yang selalu membuat Jodha mengerang karena nikmat
Hingga akhirnya
pergulatan mereka malam itu diakhiri dengan penyatuan mereka berdua
menuju nirwana bersama, Jodha selalu merasa puas dan ketagihan dengan
nafkah bathin yang diberikan Jalal, Jalal pun merasakan hal yang sama
seperti Jodha, mereka berdua memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
Keesokan harinya,
Pagi itu setelah selesai
sarapan pagi, Jalal nampak terburu buru karena pagi ini Jalal sudah ada
janji meeting dengan salah satu kliennya, Jalal baru ingat setelah
rekan kerjanya Paul, menelfonnya pagi itu
"Sayang, nanti siang mau
makan siang dirumah atau di kantor ?" tanya Jodha sambil mengekor
dibelakang Jalal menuju ke teras depan
"Aku belum tau, sayang ,,, nanti aku telfon yaa" Jalal lalu mencium bibir Jodha dengan lembut sambil berbisik lirih
"Terima kasih untuk semalam" Jodha hanya tersipu malu sambil menatap suaminya ini penuh cinta
"Tejwan !!! antar aku ke kantor !" teriak Jalal kearah Tejwan yang saat itu sudah berdiri didekat mobil Jalal
"Siap boss !!!" tak lama kemudian mobil BMW hitam Jalal sudah melesat meninggalkan rumah,
Jodha hanya bisa
termangu menatap kepergian suaminya, tepat pada saat itu, ada sebuah
mobil Xpander putih berhenti disebrang rumah Jodha atau lebih tepatnya
dirumah Himawari, mantan tetangga Jodha yang dari Jepang, dari dalam
mobil, keluarlah seorang perempuan dengan dandannya yang cukup eksentrik
menurut Jodha
Perempuan itu mengenakan
baju ala bohemian seperti perempuan perempuan gipsy lengkap dengan
bandana dikepalanya plus kalung besarnya yang menggelantung dilehernya
yang jenjang, sekilas perempuan itu melirik kearah Jodha sambil membuka
kacamata hitamnya, lalu memberikan senyuman kearah Jodha, Jodha pun ikut
membalas senyumannya sambil menganggukkan kepalanya
"Rupanya ini tetangga baru yang dibilang sama Aram, tapi kenapa Aram bilangnya serem yaa ? orangnya cantik kok" bathin Jodha dalam hati sambil memperhatikan tetangga barunya yang sudah masuk kerumahnya sendiri
Jodha pun bergegas masuk
ke dalam rumah untuk mengecek si kembar, namun baru saja Jodha menutup
pintu depan rumahnya, tiba tiba Shivani berlari kearahnya sambil membawa
sebuah amplop
"Nyonya, ini tadi saya menemukan amplop disaku celana tuan, untung saja belum kecuci"
"Okee ,,, makasih yaa
Shiva ,,, amplop apa ini ?" Jodha segera mengambil amplop putih tersebut
dari tangan Shivani, lalu dikeluarkannya kertas yang terdapat
didalamnya, dengan seksama Jodha membacanya isi kertas tersebut
"Genetic Test Report,
mother Nandhini, child Salim, alleged father Jalal, probability of
parentage = 99,99943325%, conclusion based on the DNA analysis, the
alleged father, Jalal, is the biological father of the child, Salim,
because they are share sufficient genetic markers, of the genetic
indentity systems tested 10 of 15 match"
Jodha langsung terhuyung
kebelakang begitu membaca isi amplop tersebut, tiba tiba saja kepalanya
terasa pusing, Jodha seakan akan tidak percaya dengan apa yang baru
saja dibacanya
"Salim anak Jalal ? kemungkinan keturunannya 99,99% ? bagaimana bisa ?"
Komentar
Posting Komentar