DEJA VU bagian 36
Di rumah
sakit ,,,
Jodha masih seperti melihat
sebuah perang besar berada didepannya dimana Jalal sedang berduel dengan musuh
musuhnya dan wajahnya bersimbah penuh dengan darah,
Jodha seperti benar benar melihat Jalal di masa lalu lengkap dengan baju
jazirahnya, Rukayah mencoba berulang kali memanggil Jodha, namun Jodha masih
terperangah melihat apa yang tidak dilihat oleh Rukayah, deja vu itu kembali
muncul ,,,,
Dengan
sigapnya Jalal mencoba menghalau musuh musuhnya dengan pedang yang berlumuran
darah ditangannya, tanpa gentar sedikit pun Jalal menghabisi lawannya dengan
sekuat tenaga, hingga akhirnya tiba tiba pandangan Jodha gelap, hitam dan tubuh
Jodha terhuyung lemas tak berdaya, Rukayah yang saat itu berada disebelah Jodha
langsung berteriak lantang
“Jodhaaaaa
,,,, !!!!!”
Rukayah
benar benar panik begitu melihat Jodha pingsan tak sadarkan diri, sementara Jalal
langsung menghentikan duelnya
dengan Bhairam Khan dan bergegas mendekati Jodha yang terkapar dilantai
“Jodha
kenapa, Ruku ?” Jalal benar benar was was dengan keadaan Jodha, diingatnya
dengan jelas ketika Jodha berusaha merelai perkelahiannya dengan tuan Bhairam
Khan dan secepat kilat tuan Bhairam Khan langsung mendorong Jodha hingga jatuh
terhuyung dan menabrak pilar besi rumah sakit,
sedetik
kemudian Jodha tidak sadarkan diri dan tiba tiba saja darah mengalir disepanjang
kaki Jodha, Rukayah semakin panik, Jalal langsung melarikan Jodha ke UGD begitu
beberapa perawatnya datang membawa brankar, tak
dihiraukannya lagi makian tuan Bhairam Khan yang terdengar lantang
dibelakangnya
Saat itu pukul setengah dua pagi ,,,,
Bau
tanah yang basah, bekas hujan semalam mulai menusuk indra penciuman Jodha,
Jodha mulai siuman, dikerjap kerjapkannya kedua matanya sambil diingatnya kembali
dimana dirinya berada, Jodha baru menyadari kalau dirinya masih berada dirumah
sakit, disebuah kamar VVIP
Dilihatnya
Jalal yang sedang duduk disampingnya sambil menelungkupkan tubuhnya ditepi
ranjang, Jodha lalu membelai rambut suaminya yang coklat kemerah merahan persis
seperti rambut ibu Hamida, ibu kandung Jalal yang keturunan orang Turki,
dibelainya rambut Jalal perlahan hingga membuat Jalal terbangun
“Heiii
,,, sudah bangun rupanya” sapa Jalal dengan senyum manis diwajahnya, Jodha
hanya mengangguk lemah “Gimana keadaanmu ? pusing, mual atau laper ?” Jodha
hanya tertawa kecil menunjukkan barisan giginya yang putih dan tersusun rapi
“Kamu
tahu aja, iyaa aku laper, aku pengin minum” dengan sigap Jalal langsung berdiri
dan mengambil air putih dari gallon yang memang disediakan dikamar VVIP itu
kemudian diberikannya ke Jodha, Jodha segera bangun dan terduduk diatas tempat
tidur sambil meminumnya hingga tak bersisa sedikitpun sambil melirik kearah sofa,
dimana ada ibu Hamida terlihat sedang tertidur disana
“Ibu
disini ?” Jalal mengangguk membenarkan pertanyaan Jodha
“Sebenarnya
aku sudah meminta ibu untuk pulang, tapi ibu nggak mau, katanya ingin menemani
kamu disini, tadi juga ada ibumu bareng Sukaniya dan Shivani” Jodha hanya
mengangguk angguk saja mendengarkan penjelasan Jalal
“Jalal,
bagaimana keadaan anak kita ?” tanya Jodha sambil mengelus perutnya, pertanyaan
Jodha membuat Jalal terdiam sesaat, lidah Jalal serasa kelu dan tercekat,
karena pertanyaan seperti inilah yang membuat Jalal jadi speechless, Jalal
berusaha sekuat tenaga untuk mengatakannya dengan hati hati, agar Jodha tidak
begitu terluka karenanya
“Jalal
,,, kenapa ?” Jodha kembali bertanya sambil memandangi wajah Jalal yang hanya
terdiam menatap wajahnya, Jalal kemudian menghela nafas panjang “Jodha ,,,”
sekali lagi dikuatkan dirinya untuk berani mengungkapkan apa yang sebenarnya
terjadi ke Jodha “Anak kita ,,,”, “Ada apa dengan anak kita, Jalal ?”
Jodha
mulai bisa membaca isi kepala Jalal “Anak kita ,,, dia tidak bisa diselamatkan,
sayang” akhirnya meluncurlah kata kata itu dari mulut Jalal, yang sebenarnya
sangat tidak ingin Jodha dengar
“Tidaaaaaakkkk
!!!!!”
teriakkan
Jodha begitu menggelegar hingga membangunkan ibu Hamida yang sedang tertidur
pulas di sofa “Jodha, ada apa, sayang ?” ibu Hamida spontan terbangun dan
melihat Jodha yang masih meraung raung menangis dalam pelukkan Jalal yang
berusaha untuk menenangkannya sambil ikut menangis
“Sabar,
sayang ,,, sabar, kita masih punya banyak waktu untuk mempunyai anak kembali,
ini sudah takdir, kamu harus bisa menerimanya” Jalal berusaha menyadarkan Jodha
yang menangis tak henti hentinya, sementara bu Hamida hanya bisa memandangi
mereka dengan perasaan pilu sambil menangis,
Ibu
Hamida bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Jodha yang telah kehilangan
janinnya “Kenapa bisa begitu, Jalal ?” tangis Jodha mulai mereda “Kandunganmu
lemah, sayang ,,, ketika kamu terhuyung jatuh tadi pagi, anak kita tidak bisa
bertahan”, ujar Jalal lirih
“Aku
bilang apa ! kalau suami nyonya Salima datang, semuanya bisa runyam ! kamu
lihat kan ? kita kehilangan anak kita, Jalal !!!” ditengah tangisnya Jodha
merasa kesal dengan Jalal yang berusaha melindungi nyonya Salima, pasiennya,
Jalal
berusaha meredam emosinya, untuk tidak menggubris ocehan Jodha, Jalal hanya
terdiam sambil terus memeluk Jodha seraya berkata “Maafkan aku, sayang ,,, tapi
kita harus ikhlas, kalau memang jalannya sudah begini” Jalal berusaha terus
berusaha menenangkan Jodha yang terus meraung raung
“Aku
mau anakkuu, Jalal !!!! aku mau anakku !!!” Jodha masih terus saja menangis
menginginkan anaknya kembali
Dua hari kemudian, akhirnya Jodha pulang dari
rumah sakit ,,,,
Sesampainya
dirumah dilihatnya nyonya Salima dan Rahim ikut menyambut kepulangannya bersama
keluarga Jodha dan Jalal, Jodha hanya terenyum masam ketika nyonya Salima
memeluknya dengan perasaan iba dan meminta maaf atas perlakuan suaminya
terhadap Jodha
“Saya
ikut berduka, dokter Jodha ,,, saya tidak tahu harus berkata apa, saya minta
maaf yang sebesar besarnya atas apa yang telah suami saya lakukan” Jodha hanya
terdiam, sambil membalas pelukkan Salima dengan perasaan jengah, entah kenapa
Jodha merasa muak dengan keberadaan Salima dirumahnya, namun semua itu
ditahannya dalam hati, Jodha sadar kalau Salima juga butuh bantuan
“Jodha,
lebih baik kamu istirahat dulu, dokter bilang kamu butuh istirahat yang banyak
kan ?” Jodha hanya mengangguk menuruti perintah ibu mertuanya “Sini, biar ibu
antar kamu ke kamar” kali ini ibu Meinawati, ibu kandung Jodha yang ambil alih
dan mengantar Jodha keatas, menuju kamarnya, sementara anggota keluarga yang
lain berkumpul diruang tamu
“Jalal,
lalu bagaimana dengan kasus nyonya Salima ini ?” professor Humayun, ayah Jalal
mulai memecah keheningan diantara mereka “Aku sudah membicarkan dengan Salim,
ini dia Salim, ayah ,,, dia pengacara yang akan mengurus kasus nyonya Salima”
Salim, tunangan Rukayah, yang saat itu juga ikut datang bersama Rukayah
langsung memperkenalkan diri pada professor Humayun
“Kenalkan
saya, Salim, prof” professor Humayun hanya mengangguk angguk dan menjabat
tangan Salim “Jadi nyonya Salima sudah setuju untuk bercerai dengan suaminya ?”,
“Iya, prof ,,, bukan begitu, nyonya Salima ?” tanya Salim sambil menoleh kearah
Salima yang sedari tadi hanya tertunduk
“Iiii
iyaaa, pak ,,, benar” suara Salima terdengar terbata bata, Salima benar benar
merasa bersalah atas keadaan Jodha, Salima sadar semua ini terjadi karena
dirinya “Lalu apa rencanamu setelah bercerai nanti, nyonya Salima ?” kembali
professor Humayun membuka pertanyaan
“Saya
akan pulang kedesa saya, pak”, “Dimana itu ?” tanya professor Humayun lagi “Di
Tasikmalaya”, “Apa sebelum menikah, kamu pernah bekerja ?” Salima kembali
mengangguk membenarkan pertanyaan professor Humayun “Sebagai apa ?”,
“Saya dulu
pernah bekerja sebagai sales marketing, pak ,,, tapi itu dulu, sejak saya
menikah, saya tidak boleh bekerja lagi” professor Humayun hanya manggut manggut
mendengarkan penjelasan Salima
“Bhaksi,
coba nanti kamu atur agar nyonya Salima bisa bekerja di salah satu rumah sakit
kita, aku rasa mungkin yang di Bandung, yang dekat dengan kampung halamannya”,
“Baik, ayah” Salima langsung kaget begitu mendengar ucapan professor Humayun
“Terima
kasih, pak ,,, terima kasih, saya benar benar banyak berhutang budi pada
seluruh keluarga, bapak ,,, terima kasih”, “Tidak usah berterima kasih pada
saya, nyonya Salima ,,, saya hanya memberi jalan keluar saja untuk anda dan
anakmu yang masih kecil itu, saya kasihan melihat dia, dia harus mempunyai masa
depan yang baik tapi tidak dengan ayah yang seperti suami itu, yang selalu
ringan tangan, jadi setelah sidang perceraian kalian selesai, kamu bisa bekerja
disana, nanti anak saya, Bhaksi yang akan mengatur semuanya”, ujar professor
Humayun sambil menunjuk kearah Bhaksi, kakak kandung Jalal
“Iyaaa,
nyonya Salima ,,, nanti biar semuanya saya atur, nyonya Salima tenang saja,
saat ini yang penting urus perceraian kalian dulu” kedua bola mata Salima
berkaca kaca, Salima benar benar merasa beruntung bisa bertemu dengan keluarga
dokter Jalal yang selalu siap menolong siapa saja, termasuk orang seperti
dirinya
Beberapa hari kemudian ,,,,
Seteleh
beberapa hari Jodha bed rest total dirumah, Jodha sudah mulai merasa baikkan,
apalagi ibu Meinawati selalu siap melayani Jodha setiap saat, siang itu Jodha
mulai bosan dengan kegiatannya sehari hari yang hanya makan tidur makan tidur,
sekali kali nonton tv, untuk menghilangkan kebosanannya, Jodha berusaha membuka
buka lagi buku diktat kedokterannnya,
Jodha
sudah bertekad untuk mengambil program dokter specialis anak yang akan
dimulainya mulai minggu depan, Jodha merasa dengan focus pada program ini maka
perasaan sedih akan kehilangan bayinya akan berangsur angsur menghilang,
apalagi Jalal juga sangat mendukung keinginan Jodha
Siang
itu ketika Jodha sedang berada dikamarnya sendiri, Jodha nampak asyik membaca
buku buku diktat kedokterannya, namun tiba tiba Jodha merasa aneh dengan
beberapa lembar kertas yang sepertinya tersobek ditengahnya, dimana sisanya
masih tersisa disana,,
Jodha
merasa heran siapa yang telah berani beraninya menyobek buku diktat
kedokterannya ini ????


Komentar
Posting Komentar