Di rumah ibu Meinawati ,,,
Malam itu
Jodha masih bermanja manja dengan ibu Meinawati, ibu kandungnya “Sebagai istri,
kamu seharusnya bisa memahami suamimu, Jodha”, “Seharusnya dia yang lebih
memahami aku, ibu ,,, aku baru saja kehilangan anakku tapi dia malah membela orang lain, yang jelas jelas
nggak ada hubungannya sama sekali
dengannya” Jodha mulai kesal begitu ibunya mengungkit soal Jalal
“Dia juga
sama, Jodha ,,, suamimu itu juga baru saja kehilangan anaknya, cara kalian
menyembuhkan rasa luka ini saja yang berbeda”, “Tapi kenapa Jalal selalu
menyalahkan aku, ibu ,,, seolah olah akulah yang membunuh anak kami, Jalal
tidak bisa melihat itu, bu ,,, aku selalu saja yang disalahkan” nada suara
Jodha terdengar semakin kesal
“Tapi bagaimanapun
juga, dia adalah suamimu, Jodha ,,, surgamu ada padanya, baik buruknya dirimu
ada pada pundaknya, kamu harus bisa memahami itu, kita para istri, harus bisa
menerima kodrat ini” ucapan ibu Meinawati membuat Jodha sedikit berfikir tentang peran seorang istri,
Jodha
sadar bagaimanapun juga Jalal adalah laki laki yang telah dipilihnya sebagai
suaminya dan entah kenapa meskipun Jalal selalu menyakiti perasaannya, Jodha
tetap tidak bisa membenci Jalal, rasa cinta dalam hati Jodha telah mendarah daging
untuk Jalal, kalau boleh jujur Jodha sebenarnya merasa tersiksa dengan
keadaannya yang seperti ini yang jauh dari Jalal dan malam itu Jodha memutuskan
untuk pulang kerumah sendiri, bu Meinawati sangat senang ketika mendengar
keputusan Jodha
“Biar ibu
antar kamu pulang yaaa, sayang” Jodha menggeleng “Tidak usah, ibu ,,, aku bisa
pulang sendiri, lagian aku bawa mobil”, “Ya sudah, ayooo kita bereskan barang
barangmu” tak lama kemudian Jodha sudah sampai dirumahnya,
dari luar
rumah itu terlihat sepi, Jodha pun turun dari mobilnya dan dibukanya gerbang
rumahnya perlahan, kemudian dilajukannya mobil Porsche Macan Turbo hitamnya
masuk ke dalam teras depan rumahnya, tak lama berselang Jodha sudah masuk ke
dalam rumahnya sendiri, yang telah ditinggalkan selama kurang lebih sebulan ini
Jodha
tahu kalau Jalal belum pulang kerumah, karena di garasi dalam rumahnya kosong,
Land Rover putih, mobil kesayangan Jalal belum bertengger disana, dan ketika
Jodha hendak menuju ke kamarnya sendiri, dilihatnya piring piring bekas sarapan
pagi masih menumpuk di bak cucian piring,
kebetulan
Shamsad, pembantu mereka sedang pulang
kampung selama beberapa hari, otomatis pekerjaan rumah, mereka kerjakan
sendiri, Jodha segera berinisiatif untuk membersihkan semuanya,
setelah
ganti baju, Jodha langsung mencuci semua piring piring yang kotor, mencuci baju
Jalal, menyapu, mengepel, hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12
malam tapi Jalal belum pulang juga, Jodha tidak ambil pusing, setelah selesai
menjemur pakaian Jalal dan membersihkan wajahnya, Jodha segera tertidur di
kamarnya sendiri
Sementara
itu di rumah Atifa, setelah selesai makan malam, Atifa mengajak Jalal untuk berdansa bersamanya
sambil mencicipi wine yang baru dibelinya kemarin “Kamu harus mencicipinya Jalal,
ini anggur keluaran baru, banyak yang bilang kalau rasanya excellent, perfecto
!” ujar Atifa sambil mengeluarkan wine
itu dari lemari penyimpanan minumannya
“Aku
sudah lama tidak minum minuman seperti itu, nyonya ,,,,”, “Atifa ! panggil saja
aku Atifa ,,, biar tidak ada rasa canggung diantara kita, Jalal” Atifa segera
memotong ucapan Jalal “Baiklah, Atifa ,,, tapi aku sudah tidak minum wine
lagi”, “C’mon ,,, paling tidak satu sloki saja, kamu bisa kan ?” Jalal kembali
menggeleng, berusaha menolak permintaan Atifa
“Ayoolah,
Jalal” Atifa mencoba menggelanyut manja dilengan Jalal sambil menyodorkan satu
sloki berisi wine, biasanya kalau Atifa sudah begini, banyak laki laki yang tak
kuasa menahan birahinya untuk bermesraan dengan Atifa, banyak orang yang bilang
kalau Atifa adalah janda yang penuh petualangan,
kisah
cintanya yang selalu berganti ganti pasangan telah menjadi rahasia umum, semua
orang sudah mengetahuinya, namun sayangnya Jalal tidak tahu, tapi anehnya
walaupun Jalal belum mengetahui sepak terjang Atifa yang sebenarnya, Jalal
tidak mudah tergoda dengan Atifa, Atifa terus berusaha merayu Jalal, agar Jalal
mau menginap di rumahnya malam itu
“Baiklah
kalau kamu tidak mau minum, tapi please ,,, kamu mau kan menginap dirumahku
malam ini ? hari sudah semakin malam, kamu pasti ngantuk dijalan nanti, aku
takut terjadi sesuatu sama kamu” ujar Atifa yang semakin manja menggelanyut dilengan Jalal,
Jalal
berusaha menghindar dengan menggeser posisi duduknya, namun Atifa terus
menempel disisi Jalal, seakan enggan melepaskan Jalal dari sisinya dan malam
ini Jalal merasa malam berlalu begitu lama ,,, sikap Atifa yang manja benar
benar membuatnya gamang, disatu sisi ada Atifa yang mencoba merayu dirinya,
sedangkan disisi yang lain ada Jodha, istrinya yag saat ini mulai menjauh
darinya ,,,,
Di rumah
Atifa ,,,
Malam itu
Atifa masih terus berusaha merayu Jalal dengan segala usahanya, Jalal mulai
gamang, disatu sisi ada Atifa yang mencoba merayu dirinya, sedangkan disisi
yang lain ada Jodha, istrinya yag saat ini mulai menjauh darinya ,,,,
Jalal
teringat pada Jodha yang selama satu bulan ini telah menjauh darinya, Jalal
sadar sikap egoisnya selama ini benar benar sudah kelewat batas, Jalal juga
tahu kalau dirinya selalu menyalahkan
Jodha atas kematian anak mereka, kesenjangan diantara mereka benar benar
menyakitkan bagi Jalal
“Aku
biasa pulang malam, Atifa ,,, dan lagi
aku tidak terbiasa menginap dirumah orang” Jalal berusaha melepaskan cengkraman
tangan Atifa dilengannya “Malam ini saja, Jalal ,,, kamu bisa kan ?” Jalal
kembali menghindari Atifa
“Lebih
baik aku pulang saja, sudah jam 12 malam, Jodha pasti sedang menungguku”, “Jodha
? oh iyaa ,,, istrimu itu, baiklah aku tidak bisa memaksa, kasihan dia, dia pasti
sangat cemas memikirkan kamu” Jalal hanya tersenyum getir, tak lama kemudian Jalal
sudah melaju dijalan raya, pulang menuju rumahnya
“Jodha pasti cemas memikirkan kamu” ucapan
Atifa sesaat terngiang dibenak Jalal “Apa
iya Jodha cemas memikirkan aku ? rasanya
tidak mungkin” bathin Jalal dalam
hati “Selama satu bulan ini, kami saling
menyakiti satu sama lain, Jodha bahkan
lebih memilih tinggal bersama ibunya, ketimbang bertahan dirumah kami sendiri
,,, ya Tuhan ,,, apa yang telah kami perbuat selama ini ?” sedikit demi
sedikit hati Jalal mulai terketuk,
Tanpa
sadar ketika Jalal melintas menyebrangi jembatan, tiba tiba ada sekelebat sosok
seorang perempuan yang berjalan melintas di depan mobilnya, Jalal kaget dan
langsung spontan mengerem mobilnya tepat didepan perempuan tersebut, Jalal segera
turun dari mobilnya dan mencoba melihat kondisi perempuan itu
“Mbak,
kamu tidak apa apa ? apa kamu terluka ?” perempuan itu hanya menggelengkan
kepalanya lemah sambil memegangi perutnya yang mulai membuncit sambil menahan
sakit, rupanya perempuan itu sedang mengandung
“Apa
perutmu sakit ?” Jalal merasa tidak tega
dengan kondisi perempuan tersebut yang terlihat lemah “Bagaimana kalau kita ke
rumah sakit ? biar aku antar” Jalal mencoba menawarkan dirinya “Aku tidak apa
apa, mas ,,, aku hanya kecapekkan saja”, “Baiklah kalau begitu, aku antar kamu
pulang saja, ini sudah sangat malam, mbak ,,, bahkan hampir pagi” Jalal kembali
menawarkan bantuannya.
Akhirnya
perempuan itu mau menerima bantuan Jalal “Kenalkan namaku Jalal, kamu ?”, “Benazir”
ujar perempuan itu lirih “Baiklah, mari masuk ke mobilku” perlahan lahan dengan
dibimbing Jalal, Benazir lalu masuk ke
dalam mobil Jalal
“Cowok ini baik sekali, tidak seperti para pria
hidung belang brengsek itu” bathin Benazir dalam hati sambil sekilas melirik ke arah
Jalal ketika memasuki mobil Jalal, Jalal kemudian menutup pintu mobilnya,
kemudian berjalan memutar dan membuka pintu mobil driver dan menghempaskan
pantatnya di kursi belakang kemudi
“Dimana
rumahmu ?”, “Sudah dekat dari sini, lurus saja kedepan, nanti ada pertigaan,
belok kiri, lalu lima rumah sebelah kanan, itulah rumahku” jelas Benazir sambil memandangi wajah Jalal yang baru
disadarinya sangat tampan “Baiklah, ayoo kita berangkat”, “Kamu tampan sekali”
tiba tiba tanpa sadar Benazir keceplosan memuji ketampanan Jalal
“Maaf,
apa yang mbak bilang ?” rupanya Jalal tidak begitu mendengar ucapan Benazir yang terakhir, Benazir sendiri
langsung salah tingkah didepan Jalal “Maksudku, ada pertigaan belok ke kanan,
eh maaf salah belok ke kiri” Benazir semakin
salah tingkah didepan Jalal, sementara Jalal mulai focus mengendarai mobilnya,
dilihatnya sekilas Benazir mengelus perutnya yang kembali sakit
“Kalau
boleh saya tahu, sudah hamil berapa bulan, mbak ?”, “Sudah tujuh bulan” ujar
Benazir sambil meringis kesakitan “Sudah hamil besar seperti itu, kenapa jalan
sendirian, mbak ? malam malam lagi” Jalal mulai penasaran dengan apa yang
dilakukan Benazir malam malam seperti ini
“Saya
baru pulang kerja, mas”, “Suaminya nggak jemput ?” Benazir menggeleng “Saya nggak punya suami, mas”,
“Lalu ayah bayi ini ?” Benazir hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Jalal
“Oooh
maaf, maaf kalau pertanyaan saya menyinggung perasaanmu” Benazir menggeleng
sambil menangis dan menghindar dari pandangan Jalal sambil memandangi jalanan
melalui kaca jendela mobil Jalal
“Kamu
nggak salah, aku sendiri yang telah menjerumuskan diriku sendiri ke dalam lingkaran
setan” Jalal jadi semakin tidak mengerti apa maksud ucapan Benazir “Maksudmu
?”,
“Sampai
saat ini aku tidak tahu siapa sebenarnya ayah bayi yang kukandung ini” Jalal
langsung menginjak rem mobilnya, sejenak mobilnya berhenti, Jalal kaget dan
tidak percaya
“Maksudmu
kamu melakukannya beramai ramai gitu ?” Benazir menggeleng “Tidak, jujur aku akui kalau aku
ini seorang wanita malam, aku menawarkan kesenangan pada semua pria, hingga aku
hamil seperti ini” Jalal semakin kaget mendengarnya
“Jadi
maksudmu bekerja tadi, kamu baru saja melayani tamumu begitu ? dengan perut
sebesar itu ?” Benazir kembali mengangguk lemah
“Bosku
tidak mengijinkan aku untuk berhenti bekerja meskipun aku hamil besar seperti
ini, dia bahkan mencarikan laki laki yang suka main dengan wanita hamil seperti
aku”, “Gilaaa !!” Jalal benar benar merasa iba melihat derita yang dialami oleh
wanita malam itu

Komentar
Posting Komentar